Tsunami 20 meter Berpotensi Sentuh Istana Negara, BMKG: Bisa Terjadi Kapan Saja

19 Agustus 2021, 16:53 WIB
Ilustrasi gempa dan tsunami di Jawa /Stefan K/

GALAMEDIA - Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas menyatakan potensi bencana gempa bumi megathrust selatan Jawa yang bisa terjadi kapan saja.

Menurut Heri, gempa tersebut memiliki kekuatan yang sangat besar dan saat ini tengah berada di ujung siklus perulangan (earthquake cycle).

Disebutkan, berdasarkan data Global Navigation Satellite System (GNSS) data akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga pesisir selatan Pulau Jawa seperti Pelabuhan Ratu dan selatan Parangtritis hingga selatan Pantai Jawa Timur. Dari hasil pemodelan, jika gempa terjadi kekuatannya dapat mencapai magnitudo (M) 8,7 hingga 9,0, bisa jadi diikuti tsunami setinggi 20 meter.

"Namun demikian fakta saat ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter, ini artinya potensi tsunami akan lebih besar. Berdasarkan hasil simulasi model, run-up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua hingga Gajah Mada. Kalau kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana," ujar Heri.

Baca Juga: Pesawat Saudia Terbakar Saat Mendarat di Bandara Riyadh, Seluruh Penumpang Tewas pada 19 Agustus 1980

Ia pu menyebutkan, gelombang tsunami tersebut berpotensi menyentuh istana negara.

Terkait hal itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa dengan tepat dan akurat. Termasuk meramalkan waktu, tempat dan kekuatan gempa tersebut.

"Sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat kapan, di mana, dan berapa kekuatannya, sehingga BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempa bumi," tulis BMKG dalam keterangannya, dikutip Kamis, 19 Agustus 2021.

Dalam kajian dan pemodelan para ahli di diskusi Kajian dan Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami di Jawa Timur, zona lempeng Jawa bagian selatan memiliki potensi gempa dengan magnitudo maksimum M 8.7. Namun BMKG menegaskan itu adalah potensi bukan sebuah prediksi yang pasti.

BMKG juga menjelaskan Indonesia merupakan wilayah aktif dan rawan gempa bumi. Indonesia punya potensi bencana gempa yang bisa terjadi kapan saja dengan berbagai kekuatan.

BMKG juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Sementara Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta penyedia layanan angkutan penyeberangan tidak menyepelekan informasi cuaca yang rutin dikeluarkan BMKG, sebagai langkah mitigasi dan antisipasi dalam upaya meningkatkan keselamatan transportasi.

“Indonesia adalah negara kepulauan dan memiliki banyak sekali pelabuhan dan dermaga yang melayani angkutan penyeberangan. Hampir 65 persen wilayah Indonesia merupakan perairan, maka informasi cuaca laut sangat krusial dalam menciptakan keselamatan transportasi di titik-titik penyeberangan,” kata Dwikorita dalam keterangan tertulis, Kamis, 19 Agustus 2021.

Ia mengatakan pihaknya sangat berharap dukungan informasi iklim dan cuaca yang dikeluarkan BMKG dapat dimanfaatkan dengan baik guna meningkatkan keamanan dan keselamatan transportasi.

Baca Juga: Simak Aturan Relaksasi di Kota Bandung, Bioskop, Spa dan Karaoke Belum Diizinkan

Dwikorita menyebut, kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan keamanan transportasi penyeberangan laut. Kemungkinan hujan, badai, angin, dan gelombang tinggi sangat besar terjadi selama perjalanan.

Terlebih, kata dia, saat ini Indonesia dan negara-negara di dunia tengah menghadapi perubahan iklim yang memicu pergeseran pola musim dan suhu udara sehingga juga mengakibatkan peningkatan frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi.

“Perubahan cuaca berlangsung sangat cepat dan tidak menentu yang dipengaruhi banyak faktor. Karenanya, kami juga terus berupaya meningkatkan, kecepatan, ketepatan, dan akurasi dalam prakiraan cuaca hingga skala tapak. Untuk itu pada tahun 2018 dan 2019 BMKG memasang HF Radar yg berfungsi mendeteksi kecepatan dan arah arus, serta tinggi gelombang dan tsunami secara real time di Selat Bali dan Selat Sunda “, tukasnya.

Dwikorita mengatakan, BMKG terus menyisir berbagai persoalan yang dihadapi penyedia layanan angkutan penyeberangan dan pemangku kepentingan guna meningkatkan keselamatan transportasi penyeberangan. BMKG ingin informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan tidak hanya dimengerti dan dipahami, namun juga dapat dipatuhi.

“Jadi para operator dan penyedia layanan penyeberangan tahu kapan harus jalan, kapan harus berhenti. Dengan begitu, kemungkinan jatuhnya korban dan kerugian lainnya dapat diminimalisir,” ujarnya.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler