Amerika Serikat Ketakutan Perang Melawan China dan Rusia, Jenderal AS: Kita Tidak Akan Tempuh Jalan Itu

15 September 2021, 18:05 WIB
Ilustrasi Tentara Rusia /Pixabay/takazart

 

GALAMEDIA - Meski sempat memanas dalam sejumlah kasus, Amerika Serikat (AS) enggan untuk berperang dengan China dan Rusia.

Salah seorang Jenderal tinggi Amerika Serikat (AS) memperingatkan perang dengan Rusia dan China bakal menghancurkan dunia dan ekonomi global.

Sehingga jenderal AS ini menyerukan agar AS mencari cara berdamai dengan kedua negara tersebut untuk menghindari 'Kiamat Nuklir'.

Saat berbicara pada di Washington, Senin, 13 September 2021, Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan AS Jenderal John E. Hyten memperingatkan risiko jika konflik lepas kendali.

"Kami tidak pernah melawan Uni Soviet," katanya.

"Adapun kekuatan besar, tujuan kami adalah untuk tidak pernah berperang dengan China dan Rusia," katanya lagi.

"Peristiwa semacam itu akan menghancurkan dunia dan ekonomi global. Itu akan berdampak buruk bagi semua orang, dan kita harus memastikan bahwa kita tidak menempuh jalan itu," ujarnya.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 15 September 2021: Al Masih Belum Beri Kabar, Andin Merasa Ada yang Tak Beres

Kesepakatan sebelumnya antara Moskow dan NATO setelah jatuhnya Uni Soviet, ia mengatakan, Rusia bukan ancaman lagi.

Namun, pada saat yang sama, dia menuduh bahwa Rusia memodernisasi seluruh persenjataan nuklirnya.
"Ini, karena Saya pikir mereka khawatir tentang AS," katanya, seperti dilansir Russia Today, Selasa, 14 September 2021.

Jenderal Hyten berpendapat, kemajuan telah dibuat dalam memberikan hubungan yang lebih baik antara AS dan Rusia. Tetapi itu masih jauh dari stabilitas total.

Sebaliknya, kata dia, Washington semakin khawatir tentang kurangnya langkah serupa dengan China, negara yang dia duga sedang melakukan modernisasi senjata nuklir yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Anda melihat ratusan silo," ujarnya, merujuk pada laporan bahwa Beijing membangun ratusan silo untuk rudal balistik antarbenua (ICBM) yang bisa membawa hulu ledak nuklir.

"Dan omong-omong, tidak ada batasan pada apa yang dapat dimasukkan China ke dalam silo itu," imbuh jenderal tinggi Pentagon itu.

"Kami dibatasi dengan Rusia hingga 1.550 hulu ledak nuklir yang dikerahkan, jadi kami harus memutuskan di mana kami ingin menempatkannya—kapal selam, ICBM yang membatasi apa yang kami miliki. China, tidak ada batasan...untuk bertanya pada diri sendiri, mengapa mereka membangun kemampuan nuklir yang sangat besar itu?" paparnya.

Baca Juga: Jerman dan Rusia Sepakat Terima Kehadiran Taliban, Putin: Cegah Runtuhnya Negara Afghanistan

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov sempat memperingatkan bahwa Washington, bukan Moskow, yang meningkatkan risiko eskalasi fatal dengan menempatkan senjata nuklir di tanah asing di Eropa.

Ryabkov mengatakan Kremlin berharap bahwa Amerika Serikat akan berhenti berbagi senjata nuklir dengan sekutunya, dan berhenti menyebarkan senjata nuklir di negara-negara yang tidak memiliki senjata semacam itu.

"Jelas, ini mengarah pada destabilisasi; selain itu, risiko baru muncul," katanya Desember tahun lalu.

Pada saat yang sama, komentarnya memiliki nada yang sama dengan Hyten, yang mengatakan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangkan dan Rusia siap bekerja sama dalam membalikkan keadaan tersebut.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Russia Today

Tags

Terkini

Terpopuler