Prof. Tri Wiratno: Teks Bisa Menjadi Alat Kecaman dan Hinaan  

14 Juli 2020, 15:08 WIB
Guru Besar FIB UNS, Prof. Dr. Tri Wiratno /

 

GALAMEDIA - Secara universal dalam kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terlepas dari teks. Sejak lahir hingga meninggal dunia. Begitu bayi lahir, orang tuanya mencarikan surat kelahiran, dan saat seseorang meninggal dunia, keluarganya mencarikan surat kematian.

Guru besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Dr. Tri Wiratno, mengungkapkan, keterkaitan manusia dengan teks itu dalam konteks tingkat tinggi maupun rendah di satu sisi bisa menghasilkan kompromi tapi di sisi lain bisa memicu konflik.

"Teks dapat menjadi wahana untuk berpikir dan berbuat secara positif. Tetapi, sebaliknya yang terjadi di masyarakat akhir- akhir ini, baik secara nasional maupun global, teks dapat pula menjadi alat untuk menyatakan kecaman dan hinaan,” ujar Prof. Tri Wiratno, yang akan dikukuhkan sebagai guru besar secara daring pada Rabu 15 Juli 2020.

Baca Juga: Tak Ada Lagi Istilah OTG, ODP dan PDP dalam Kasus Covid-19

Dia akan menyampaikan pidato ilmiah berjudul "Menjalani dan Memaknai Hidup Melalui Teks dalam Perspektif Linguistik Sistemik Fungsional."

Prof. Tri Wiratno, yang merupakan guru besar ke-222 UNS dan ke-25 di FIB UNS, menyatakan, dalam berbahasa yang menghasilkan teks secara substansial bisa digunakan untuk membangun mental seseorang. Di bidang pendidikan, dia menyebut contoh
Kurikulum 2013 yang mengedepankan bahasa sebagai substansi pelajaran. Teks berdasarkan K-13 bisa digunakan untuk membangun mental dan saat ini ruhnya dibangkitkan melalui konsep Belajar Merdeka yang dicanangkan Kemendikbud.

"Dalam Kurikulum 2013, anak-anak dididik dengan cara diajak ke luar kelas dan diminta mengamati transportasi atau bunga di taman. Setelah itu, para siswa diberi pertanyaan terkait dengan taman bunga dan diminta mendiskripsikan dalam bentuk teks. Di sini, anak pasti jujur, sehingga dengan begitu teks membangun kejujuran untuk menciptakan sikap mental anak didik," jelasnya, Selasa 14 Juli 2020.

Baca Juga: Curi Motor Bersama Komplotannya, Mantan Kades Ini Dibekuk Satreskrim Polres Subang

Sebaliknya, menurutnya dalam konteks yang teks bisa menimbulkan masalah. Dia menunjuk contok saat seseorang mengambil puding di kulkas milik orang lain dan hanya meninggalkan teks bertulisan bahwa dia yang mengambil puding tersebut.

Teks pesan itu bisa membuat pemilik puding kecewa dan marah karena barang miliknya diambil tanpa izin. Kekecewaan dan kemarahan yang diungkapkan dengan kata-kata kurang baik bisa muncul, tergantung mental dan tingkat pendidikan orangnya.

"Kalau kita mengamati perjuangan bapak-bapak bangsa, seperti Bung Karno dan Nelson Mandela, mereka berjuang menggunakan teks kata - kata dan bahasa. Dampaknya sangat dahsyat berupa kompromi, sehingga menghasilkan kemerdekaan dan bukan konflik berkepanjangan," tandasnya.

Baca Juga: Tragis, TKI di Arab Saudi Disiksa, Mata Disiram Klorin dan Tangan Disetrika

Menyinggung penggunaan teks dan bahasa di media sosial saat ini, Prof. Tri Wiratno, menyatakan, kondisinya lebih parah lagi karena teks dapat digunakan untuk memprovokasi dan memutarbalikkan fakta. Dia berharap, teks dan bahasa dimanfaatkan secara positif, sehingga teks dapat menjadi wahana untuk menjalani hidup dan membuat hidup lebih bermakna.

“Dalam menciptakan dan memanfaatkan teks, hendaknya pihak-pihak yang terkait menghindari konfrontasi dan mendekatkan kolaborasi. Saran saya, di dunia pendidikan, peserta didik hendaknya dapat dilibatkan secara aktif untuk menciptakan dan menggunakan teks secara bijak dengan memilih kata-kata dan formulasi gramatika yang tepat, sesuai dengan konteks sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat,” imbuhnya.

Prof. Tri Wiratno besuk akan dikukuhkan bersama Prof. Dr. Wahyudi Sutopo, guru besar Fakultas Teknik (FT) UNS, yang akan menyampaikan pidato ilmiah berjudul "Tantangan dan Solusi Komersialisasi Inovasi Baterei Lithium". ***

Baca Juga: Legislator Ini Usulkan Sanksi Lain bagi Warga yang Tidak Mau Gunakan Masker di Tempat Umum

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler