Pakar Ekonomi dan Kesehatan Ditantang Selamatkan Negara Akibat Covid-19

8 September 2020, 17:49 WIB
Rektor UNS Prof. Dr. Jamal Wiwoho, mengukuhkan 2 guru besar baru, Prof. Doddy Setiawan, PhD dan Prof. Dr. Adi Prayitno di Auditorium GPH Haryo Mataram, Selasa, 8 September 2020. (Tok Suwarto/Galamedia) /

GALAMEDIA - Para pakar bidang ekonomi dan kesehatan saat ini menghadapi tantangan untuk menyelamatkan negara akibat pandemi Covid-19 berkepanjangan.

Langkah yang bakal mereka tempuh pun diyakini tidak mudah. Pasalnya, untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pemulihan kesehatan harus dilakukan intervensi penanganan yang sama.

"Ini adalah tantangan kita bersama, para pakar bidang ekonomi pakar bidang kesehatan. Kini saatnya para pakar hadir dan bersinergi dengan komunitas insan cendekia lain untuk berani keluar dari zona nyaman," kata Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Dr. Jamal Wiwoho.

Baca Juga: Rocky Gerung Beri Presiden Jokowi Gelar, Nyatakan Tak Ngerti Arah Kebijakan Penanganan Covid-19

"Termasuk mengabdikan diri dan memberikan kontribusi pemikiran kebaruannya melalui riset dan inovasi untuk menyelamatkan negara kita dari krisis yang berkepanjangan," tambah Prof. Jamal.

Prof. Jamal menyampaikan pandangan tersebut saat mengukuhkan Prof. Doddy Setiawan, PhD, guru besar bidang akuntasi keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Prof. Dr. Adi Prayitno, guru besar bidang ilmu penyakit gigi dan mulut, Fakultas Kedokteran (FK) UNS, di Auditorium GPH Haryo Mataram, Selasa, 8 September 2020.

Rektor UNS menekankan, seluruh guru besar UNS seharusnya dengan kesadaran kolektif dan kepakarannya masing-masing, melakukan tugas mulia yang tidak sebatas mengajar dan membimbing calon doktor dikampus.

Baca Juga: Khawatir Covid-19 dan Para Pemain Cedera, Thailand Mundur dari Piala Thomas dan Uber

Tetapi mereka juga harus melakukan kolaborasi riset dan karya inovatif untuk membantu akselerasi proses perubahan menuju kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

"Sudah saatnya para akademisi berevolusi mengikuti perubahan besar yang terjadi di sekitar kita," ujarnya.

"Kampus jangan hanya sekedar menjadi tempat kuliah dan memproduksi lulusan, tetapi kampus harus bisa menjadi pusat inovasi dan gerakan perubahan," papar dia.

Prof. Jamal yang pernah menjabat sebagai Inspektur Jenderal (Irjen) Kemenristek Dikti itu menambahkan, tolok ukur besarnya kampus tidak lagi dilihat dari banyaknya jumlah prodi atau jumlah mahasiswanya atau luasnya kampus.

Baca Juga: Amien Rais Bakal Umumkan Partai Baru Dua Hari Lagi, PAN Reformasi?

Tetapi ukurannya dari seberapa banyak karya inovasi yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengatasi problematikanya dan dalam rangka membangun peradaban baru.

Rektor UNS yang kini duduk sebagai Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) itu, mengajak seluruh teman guru besar UNS menjadikan inovasi sebagai ideologi baru kampus.

Alasannya, karena yang harus dipertaruhkan adalah bagaimana para guru besar mampu menjaga eksistensi keilmuan agar tetap relevan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.

Baca Juga: Bentuk Tubuh Aurel Dikomentari Adik Atta Halilintar, Netizen Ikut Terpancing

Kedua guru besar baru UNS dikukuhkan secara daring di Auditorium GPH Haryo Mataram, kampus Kentingan, disaksikan pimpinan UNS dan beberapa anggota Senat UNS, termasuk Ketua Senat, Prof. Dr. Adi Sulistiyono.

Pengukuhan guru besar secara daring yang merupakan ketiga kalinya di UNS itu, berlangsung khidmad meskipun kursi-kursi di depan panggung utama yang diatur sesuai protokol kesehatan semuanya kosong.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler