Cabup Bandung Ini Belajar Banyak dari Pengrajin Rangginang Cikancung

7 Oktober 2020, 17:09 WIB
Kurnia Agustina berbincang dengan pengrajin rangginang saat berkunjung ke Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, Rabu 7 Oktober 2020./Ziyan Muhammad Nasyith/Galamedia. /

GALAMEDIA - Selain dikenal sebagai wilayah produsen sapi ternak, di Kecamatan Cikancung, Kabupaten Bandung, ternyata banyak warga yang berprofesi sebagai pelaku usaha rumahan yang memproduksi rangginang.

Rangginang dari Kecamatan Cikancung ini sudah dikenal di sejumlah daerah di Jawa Barat. Sayangnya, bahan baku pembuatan rangginang masih disuplai dari luar Kabupaten Bandung.

"Ternyata UKM rangginang di Cikancung sudah ada sejak tahun 1991. Dari produksinya sangat berpotensi sekali. Karena produksinya bisa skala besar," kata calon Bupati Bandung nomor urut 1, Kurnia Agustina saat melakukan kunjungan ke Cikancung, Rabu 7 Oktober 2020.

Baca Juga: Libur Latihan, Gelandang Persib Ini Pilih Bisnis Kuliner

Perempuan yang akrab disapa Teh Nia itu menyebut, bahan baku pembuatan rangginang berasal dari beras ketan. Beras ketan tersebut disuplai dari wilayah Kabupaten Subang. Harganya pun dinilai lebih murah dibanding dari Kabupaten Bandung.

Menurut Teh Nia, kurangnya dan mahalnya bahan baku dari Kabupaten Bandung menjadi perhatian dirinya. Untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku UKM rangginang, ia berjanji akan memfasilitasi ketersediaan bahan baku.

"Ini jadi perhatian kami. Dan tentu pekerjaan rumah untuk saya ke depannya untuk memfasilitasi ketersediaan bahan baku dengan dinas terkait," ujarnya.

Baca Juga: Link Live Streaming Mata Najwa Malam Ini: Mereka-reka Cipta Kerja

Dalam kunjungannya itu, Teh Nia mengaku cukup terkesima dengan produksi rangginang rumahan tersebut. Pasalnya, produksinya masih dilakukan dengan menggunakan metode sederhana.

Bahkan Nia menilai, UKM rangginang di Kecamatan Cikancung berpotensi bisa naik kelas. Pasalnya, rangginang bisa menjadi satu panganan yang luar biasa.

"Apalagi kalau dalam produksinya dilakukan pembinaan dengan melibatkan akademisi teknologi pangan," ucapnya.

Baca Juga: Bete Saat Diberitahu Bukan Orang Paling Penting, Ini Bukti Meghan Markle Lain di Mulut Lain di Hati

Sejauh ini, lanjut dia, rangginang masih mudah untuk didapatkan dan ditemui. Meski dalam masa pandemi, makanan ringan tersebut masih tetap diproduksi.

Ia berpesan agar produsen rangginang di Cikancung tidak berkecil hati. Sebab, rengginang masih bisa bersaing dengan produk makanan ringan lainnya.

"Sekarang bagaimana caranya rangginang ini bisa masuk ke bioskop, atau ke toko-toko besar lainnya. Dan bagaimana anak muda tidak malu dan gengsi memakan rangginang. Kami dorong terus agar produsen rengginang bisa berinovasi," ujarnya.

Baca Juga: Pengesahan Undang-undang Omnibus Law Jadi Hari Kejahatan Serius Terhadap Konstitusi

Teh Nia juga mengapresiasi bertahannya para pelaku UKM rangginang di Cikancung, yang masih tetap memproduksi meski di tengah pandemi Covid-19. Dimana, pandemi Covid-19 berdampak pada ekonomi masyarakat.

"Contoh, Bu Popoh (pelaku UKM rangginang) masih bisa mempekerjakan masyarakat sekitar. Saya akhirnya banyak belajar dari kehumble-an atau ketawadhuan mereka," ungkapnya.

Dengan metode sederhana ini, kata Nia, kepedulian tinggi untuk berbagi dan bersama tetap dikedepankan." Akan kami support karena di masa pemulihan ekonomi, upah sekecil apapun yang mereka dapatkan kalau dibawa ke rumah akan sangat berharga," pungkasnya.***

Editor: Dadang Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler