Nyaris Tak Bisa Gunakan HP, Sekeluarga Lahir Tanpa Sidik Jari

- 30 Desember 2020, 15:33 WIB
ILUSTRASI sidik jari.*
ILUSTRASI sidik jari.* /PIXABAY/

GALAMEDIA - Sebuah keluarga di Bangladesh tidak memiliki sidik jari akibat adermatoglyphia, mutasi genetik yang sangat langka hingga diperkirakan hanya dialami sejumlah penduduk Bumi.

Apu Sarker (22) dan para pria di keluarganya mengalami kondisi yang membuat bantalan jari mereka halus tanpa tonjolan unik yang membentuk sidik jari. Demikian laporan wartawan BBC Mir Sabbir.

Baca Juga: Keluarga Gus Dur Gelar Haul ke-11 Secara Daring Langsung dari Kota Jakarta, Yogyakarta dan Jombang

Ketika tidak adanya sidik jari menyebabkan sedikit masalah bagi kakek Sarker, hal yang sama tidak dapat dikatakan beberapa dekade kemudian.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Rabu (30 Desember 2020) tentunya ini menjadi persoalan. Sidik jari saat ini digunakan untuk segala hal mulai dari syarat lolos bandara hingga menggunakan smartphone.

Di Bangladesh, sidik jari juga merupakan syarat penting dalam mengajukan KTP, paspor, dan SIM.

Baca Juga: Rapid Test Antigen di Rest Area Tol Cipularang KM 125, Sasar Penumpang, Pengemudi dan Kondektur

Ayah Sarker, Amal pun dibuat kesulitan setiap kali mengurus dokumen penting, termasuk saat pemilu. Sebagai solusi, kartu identitas Amal mendapat cak khusus bertuliskan, “TANPA SIDIK JARI”.  

Untuk yang lainnya seperti paspor, Amal wajib menunjukkan sertifikat medis yang menjelaskan kondisinya. Meski demikian Amal tak pernah menggunakan paspor karena takut ada situasi lain yang tak bisa diselesaikan.

Amal pun tak memiliki SIM alias izin mengemudi karena pejabat berwenang tak meloloskan permintaannya untuk mengurus dokumentasi tanpa sidik jari. Dua kali ia dihentikan polisi saat nekat berkendara dengan ‘bukti izin alternatif’.

Baca Juga: FPI Dinyatakan Ormas Terlarang, Fadli Zon: Praktik Otoritarianisme, Pembunuhan Demokrasi!

Mendapatkan ponsel pun kini menjadi masalah karena sejak 2016 Bangladesh mewajibkan sidik jari sesuai database nasional sebagai syarat membeli  kartu Sim.

“Layar terus membeku setiap kali aku meletakkan jari pada sensor,” ujar  Sarker kepada BBC melalui Zoom. Menyiasatinya kini Alam dan yang lainnya Sim yang terdaftar atas nama ibu Sarker.

Amal yang selam ini tinggal di Rajshahi menderita adermatoglyphia. Kondisi yang menyebabkan kurangnya tonjolan pada jari tangan dan kaki.

Ini biasanya disertai gejala berkurangnya kelenjar keringat, benjolan putih di wajah dan kulit yang melepuh. Demikian paparan Institut Kesehatan Nasional AS.

Baca Juga: Pattopoi : Ada Tersangka Baru dalam Kasus Penganiayaan Sopir Taksi Online oleh Bahar bin Smith

Adermatoglyphia disebabkan mutasi  gen SMARCAD1 dan merupakan kondisi turunan yang pertama kali mendapat perhatian luas pada tahun 2007.

Tahun 2011, tim mengidentifikasi gen SMARCAD1 sebagai penyebab adermatoglyphia yang tampaknya tidak menyebabkan efek kesehatan lain meskipun hanya sedikit yang diketahui tentang konsisi ini.

“Sesungguhnya apa yang aku dan anak-anakku alami sangat menyakitkan,” ujar Amal kepada BBC.

Baca Juga: Sering Mengusik Indonesia, Nasib Vanuatu di Tengah Pandemi Kini Jual Cepat Kewarganegaraan demi Uang

Amal dan sang putra baru-baru ini menerima KTP baru yang menggunakan pemindaian retina dan pengenalan wajah.  Tapi untuk dokumen resmi lainnya tetap sulit didapat.

“Aku lelah menjelaskan berulang kali. Aku sudah  meminta nasihat banyak orang, tapi tak satu pun dari mereka memberi jawaban pasti,” katanya.

Terakhir, Amal dan keluarga kabarnya mendapat tawaran untuk penanganan profesional dari Amerika.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x