Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Memprihatinkan, BPS: Pandemi Menghantam Dua Sisi

- 5 Februari 2021, 19:32 WIB
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu 18 November 2020. BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih memprihatinkan gara-gara pandemi Covid-19. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/hp.
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu 18 November 2020. BPS menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih memprihatinkan gara-gara pandemi Covid-19. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/hp. /Antara Foto/Raisan Al Farisi/

GALAMEDIA – Badan Pusat Statistik merilis laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2020.

Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto mengawali pemaparan mengenai kondisi pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV di beberapa negara yang menjadi mitra Indonesia.

"Pada umumnya pertumbuhan ekonominya membaik dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun harus kita akui bahwa perkembangannya masih lemah," ujarnya dari pantauan Galamedia di kanal YouTube BPS Statistics, Jumat, 5 Februari 2021.

Baca Juga: Menjadi Emosional, 8 MV K-Pop Ini Memiliki Cerita Perjalanan Waktu

Dalam pemaparannya, kondisi ekonomi pada beberapa negara masih minus. Amerika Serikat -2,5 persen, Singapura -3,8, Korea Selatan -1,4, Hongkong -3,0 dan Uni Eropa -4,8.

Sedangkan China tumbuh positif sebesar 6,3 persen dan Vietnam 4,5 persen.

Dalam triwulan keempat, harga komoditas pangan seperti minyak kepala sawit dan kedelai, serta komoditas tambang yakni timah, bijih besi, dan tembaga di pasar internasional mengalami peningkatan baik secara (q-to-q) maupun (y-on-y).

Realisasi belanja dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada triwulan IV 2020 meningkat dibanding 2019, yakni Rp 732,74 triliun, sedang pada triwulan IV 2019 sebesar Rp 704,22 triliun.

Baca Juga: YES! Jangan Lupa Cek Rekening Anda, Kemnaker Masih Gelontorkan Uang Lewat Bantuan Ini

Jumlah wisatawan mancanegara turun drastis pada triwulan IV, yakni hanya mencapai 462,47 ribu kunjungan, turun sebanyak 88,45 persen jika dibanding triwulan IV 2019.

"Kita tahu bahwa inflasi di berbagai negara pada tahun 2020 ini mengalami perambatan yang sangat signifikan. Bahkan beberapa di antaranya mengarah kepada deflasi," kata Kecuk Suhariyanto.

Hal ini dipengaruhi karena adanya faktor pandemi Covid-19, sehingga membuat mobilitas masyarakat berkurang.

Produk ekonomi bergerak lambat dan berpengaruh ke pendapatan akhirnya permintaan terhadap produk ikut melemah.

Baca Juga: Kabar Duka Datang dari Anies Baswedan: Selamat Jalan, Beristirahat dalam Damai

Kecuk menyebutkan, pandemi Covid-19 ini telah menghantam ekonomi dari dua sisi. Pertama dari sisi supply, dan kedua dari sisi demand.

Selain itu Kecuk menyampaikan, dampak buruk dari pandemi ini yakni mempengaruhi sektor pendukung pariwisata yang mengalami penurunan drastis jumlah wisatawan.

"Menjadi dampak buruk bagi sektor pendukung pariwisata seperti akomodasi, restoran, transportasi, ekonomi kreatif, dan sebagainya," ujarnya.

Jumlah penjualan sepeda motor secara wholesale mencapai 786.502 unit pada triwulan IV. Kondisi ini menurun drastis sebesar 49,83 persen dibandingkan triwulan IV 2019.

Baca Juga: MUI Nyatakan Siswi Muslimah Harus Dipaksa Berjilbab, KH Cholil Nafis: Jangan Sedikit-sedikit Intoleran

Begitu juga dengan produksi dan pengadaan semen, turun 13,87 persen dan 13,85 persen.

Namun untuk produksi dan penjualan mobil mengalami kenaikan sebesar 38,09 persen dan 41,83 persen.

Kecuk kemudian memaparkan, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 sebesar -2,07 persen.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x