Kisah Mucikari di Purwakarta yang Bertobat dan Hijrah Menjadi Pengurus Majelis Taklim

- 14 April 2021, 20:10 WIB
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi saat berkunjung ke eks lokalisasi Cilodong, Purwakarta dan bertemu dengan mantan mucikari./dok.Dedi Mulyadi
Anggota DPR RI Dedi Mulyadi saat berkunjung ke eks lokalisasi Cilodong, Purwakarta dan bertemu dengan mantan mucikari./dok.Dedi Mulyadi /

"Dulu memang banyak uang. Tapi kalau setiap denger azan itu gelisah, pusing. Kalau sekarang alhamdullilah tidak," ujar Yani.

Tahun 2013 Yani memutuskan menjual rumahnya yang dikampung untuk modal hijrah dan bedagang. Di tahun itu ia pergi ke Tanah Suci untuk bertaubat.

Baca Juga: Pemkot Cimahi Izinkan Pedagang Makanan Berbuka Puasa Jualan di Masa Ramadhan

Kemudian ia pulang dan membuka warung di proyek pembangunan tajug yang sebelumnya adalah lokalisasi.

Meski di proyek tersebut terdapat sekitar 200 pekerja dan 18 mandor, Yani tidak merasakan untung dari berjualan nasi.

Ia bahkan mengaku merugi hingga Rp 105 juta karena banyak pegawai yang tidak bayar hingga proyek selesai.

Setelah proyek selesai Yani tetap berjualan di tajug. Namun selama pandemi ia jarang berjualan karena tajug yang merupakan tempat ibadah berbasis pariwisata itu ditutup sementara.

"Alhamdullilah kan masih ada sisa-sisa uang jadi selama tajug libur sekarang saya bikin majelis taklim setiap hari buat ibu-ibu dan anak-anak. Yang ngajar ustaz-ustaz dari tajug, kan sudah pada kenal," paparnya.

Baca Juga: Wabup Jaring Aspirasi Terkait Pemanfaatan Geothermal Wilayah Cincin Gunung Tampomas

Di tempat yang sama, Dedi Mulyadi mengatakan kunjungannya ke eks lokalisasi adalah untuk melihat kembali dampak yang telah ia lakukan dari penggusuran terdahulu.

Halaman:

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x