Ngeri Membayangkan Diburu Taliban, Warga Afghanistan Panik Hapus Jejak Digital

- 18 Agustus 2021, 17:00 WIB
Seorang warga Afghanistan mengecek ponselnya/Olah foto Reuters-DailyMail
Seorang warga Afghanistan mengecek ponselnya/Olah foto Reuters-DailyMail /

GALAMEDIA - Warga Afghanistan ramai-ramai menghapus pesan teks, foto hingga histori musik dari ponsel mereka.

Bertahun-tahun mengampanyekan digitalisasi database para aktivis kini memperingatkan teknologi yang sama dapat digunakan Taliban untuk memburu kelompok-kelompok yang dianggap musuh.

Basis data biometrik yang mencakup teknologi pengenalan wajah  membuat upaya menyelamatkan diri kian tak mudah bagi warga Afghanistan.

Baca Juga: 5 Negara Ini Mendadak Stop Penggunaan Vaksin AstraZaneca, Tak Disangka Ini jadi Penyebabnya!

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Rabu (18 Agustus 2021) warga Afghanistan yang ketakutan menghapus jejak digital mereka di tengah kekhawatiran Taliban telah menyita database biometrik yang dapat digunakan untuk melacak dan menarget 'musuh’.

Mereka menghapus pesan, foto dan histori musik di ponsel karena takut akan dampak dari militan Islam yang saat ini menguasai negara tersebut.

Sebelumnya digitalisasi basis data dan kartu identitas digital serta biometrik untuk pemungutan suara gencar disuarakan.

Baca Juga: Taliban Ucapkan Selamat HUT RI Hingga Klaim Perjuangannya Mirip Indonesia, Ferdinand: Jangan Samakan Kami!

Tetapi kini aktivis memperingatkan Taliban bisa memburu kelompok-kelompok rentan dengan data tadi.

Basis data biometrik yang mencakup teknologi pengenalan wajah  dan data tersebut bahkan dapat digunakan untuk mencari tahu siapa teman dan keluarga sasaran.

"Taliban sekarang kemungkinan memiliki akses ke berbagai database dan peralatan biometrik di Afghanistan," cuit kelompok Human Rights First di Twitter.

“Teknologi ini mencakup akses database dengan sidik jari dan pemindaian iris, termasuk teknologi pengenalan wajah.”

Baca Juga: Fee 6 Persen Bukan Permintaan Aa Umbara, Pengacara: Itu Keinginan Totoh Agar Dapat Keuntungan Banyak

Kelompok advokasi yang berbasis di AS pun dengan cepat merilis versi bahasa Farsi panduan cara menghapus jejak digital  yang tahun lalu dibuat untuk aktivis Hong Kong dan manual cara menghindari biometrik.

Tips untuk melewati pengenalan wajah di antaranya usahakan untuk melihat ke bawah, menggunakan aksesori yang bisa mengaburkan fitur wajah atau bermake-up tebal.

Meski demikian diakui pemindaian sidik jari dan iris mata sulit untuk dilewati.

Baca Juga: Sebut Tes Covid-19 70 persen Dikuasai Swasta, Said Didu: Berapa Triliun Uang Rakyat Disedot Mereka?

“Dengan data, jauh lebih sulit untuk menyembunyikan, mengaburkan identitas Anda dan keluarga Anda, dan data tersebut juga dapat digunakan untuk menyempurnakan kontak dan jaringan Anda,” kata Welton Chang, kepala teknologi Human Rights First.

Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan pembatasan 'mengerikan' terhadap hak asasi manusia dan pelanggaran terhadap perempuan dan anak perempuan.

Sedangkan Amnesty International awal pekan ini mengatakan ribuan warga Afghanistan  termasuk akademisi, jurnalis dan aktivis ada dalam risiko serius pembalasan Taliban.

Baca Juga: 5 Kota Dunia yang Berada di Bawah Permukaan Laut, Jakarta Termasuk?

“Data juga dapat digunakan untuk membuat struktur kelas baru. Pelamar pekerjaan misalnya, bio-data mereka akan dibandingkan dengan database dan ditolak atas dasar koneksi pada pemerintah atau pasukan keamanan sebelumnya,” tambahnya .

Dan yang paling mengerikan menggunakan data untuk menarget siapa saja yang terlibat dalam pemerintahan sebelumnya, bekerja di organisasi nirlaba internasional, dan pembela hak asasi manusia, ungkap Chang kepada Thomson Reuters Foundation.

Bahkan lima tahun lalu, Taliban menggunakan sistem biometrik pemerintah untuk menyasar anggota pasukan keamanan, memeriksa sidik jari mereka berdasar database, demikian laporan media lokal.

Baca Juga: 5 Kota Dunia yang Berada di Bawah Permukaan Laut, Jakarta Termasuk?

Taliban dalam sebuah pernyataan menyatakan  akan melindungi kehidupan warga, harta benda dan kehormatan mereka dengan menciptakan lingkungan yang damai dan aman.

Namun kelompok hak digital mengaku sudah mendapat permintaan dari kelompok masyarakat sipil dan aktivis untuk mengamankan data digital mereka, kata Raman Jit Singh Chima, direktur kebijakan Asia Pasifik di Access Now.

Kartu identitas digital, Tazkira, dapat mengekspos kelompok etnis tertentu dan perusahaan telekomunikasi memiliki 'kekayaan data' yang dapat digunakan untuk melacak dan menarget seseorang, tambahnya.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x