Bossman Mardigu Sebut Vaksin Nusantara Jadi Solusi, Netizen: Pejabat Nambah Kaya, Rakyat Nambah Miskin

- 19 September 2021, 07:05 WIB
Mardigu Wowiek.
Mardigu Wowiek. /Mardigu Wowiek/Instagram.com/@mardigu_wowiek

GALAMEDIA - Pegiat media sosial Bossman Mardigu alias Mardigu Wowiek menyarankan agar pemerintah menggunakan Vaksin Nusantara.

Ia khawatir vaksin lain merupakan alat globalis untuk terus menguasai dunia.

Mardigu Wowiek atau lebih dikenal sebagai Bossman Sontoloyo adalah pengusaha asal Indonesia yang kerap mengkritisi kebijakan yang dianggapnya hasil pemikiran kuno atau old mind.

"Vaksin-vaksin jangan-jangan bisa membuat virus bermutasi jadi virus baru," ujarnya dalam sebuah video terbaru pada Instagram @mardiguwp, Minggu, 19 September 2021.

Dengan begitu, ia khawatir tubuh manusia menjadi alat sebagai inang mutasi virus baru.

Baca Juga: PDIP Tolak Tegas 3 Periode, Pengamat: Tapi Ucapan Jokowi Belum Tentu Bisa Dipegang    

"Jadi seseorang yang dapat vaksin itu seakan akan menjadi alat mutasi. Dan Vaksin itu seakan-akan menjadi solusinya. Begitu aja terus. Anda gak akan mati tetapi bayar iya," ujar pencetus Dinaran dan Santara ini.

Ia menilai industri farmasi saat ini lebih cenderung untuk menghilangkan rasa sakit bukan untuk mengobati penyakit.

"Dunia farmasi memang begitu. Manusia tidak disembuhkan penyakitnya, hanya dihilangkan sakitnya. Agar terus obat lagi, obat lagi, obat lagi," lanjut dia.

Namun ia menyatakan pernyataannya itu belum tentu benar.

"Tapi inget ya. Ini hanya jangan-jangan dan mungkin bisa," ujarnya.

Sehubungan hal itu, Bossman menyarankan untuk menggunakan vaksin bukan dari bagian rencana globalis seperti Vaksin Nusantara.

Ia menilai Vaksin Nusantara bisa menjadi salah satu solusi untuk menghindari rencana globalis.

Baca Juga: Novel Sedih Diberhentikan, Ferdinand Hutahaean: Saya Sedih Kamu Jadi Penegak Hukum di KPK  

"Itu kalau pemerintah paham bernegara ala kekinian. Sekali lagi pakai Vaksin Nusantara. Pokoknya pakai vaksin bukan dari rencana globalis. Dah itu aja," ujarnya lagi.

Ia mengatakan, pejabat harus pro rakyat bukan menjadi agen untuk kepentingan kaum globalis.

"Kalau sekarang pejabatnya cepat sekali actionnya dan terlihat memang jadi agen globalis. Kebijakan dan keputusannya cenderung pro globalis," celetuknya.

"Dimana langkah berikutnya ketika vaksin sudah disebar, virus corona terlihat tertaklukan, dunia farmasi terus memanen cuan untuk periode panjang virus corona yang berlapis tadi. Ya jadi seperti flu," kata Mardigu.

"Manusia akan selamanya bermasker sampai vaksin masuk ke tubuhnya. Dan vaksin vaksin serial berikutnya ngantri disuntikan dan itu menjadi cerita panjang," tandasnya.

Pro dan kontra menghiasi kolom komentar. Namun ada sejumlah netizen yang mengaitkan dengan penambahan jumlah kekayaan sejumlah pejabat.

"Pejabat nambah kaya rakyat nambah miskin," tulis @tresnaputra02.

"Dari dlu udah curiga kenapa kok vaksin nusantara ini terkesan progesnya 'dipersulit'," tulis @jonathan.pratama.

"Makanny ak nunggu yg nusantara kpn nh kluarnya,mantap dah bossman," ujar @wiwik_1011.

Baca Juga: MotoGP San Marino 2021: Francesco Bagnaia Kembali Tampil Tercepat, Cetak Rekor di Sesi Kualifikasi

Sebelumnya Mantan Menteri Kesehatan di era Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, Siti Fadilah Supari menyatakan Vaksin Nusantara sudah mendapatkan restu Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) bukan sekadar isapan jempol belaka.

Hal itu diungkapkannya saat berbincang-bincang dengan Rahma Sarita pada tayangan video berjudul SITI FADILAH SUPARI : "VAKSIN NUSANTARA TIDAK BISA DIPRODUKSI MASAL? ITU TIDAK BENAR!" pada kanal Realita TV dikutip, Rabu, 1 September 2021.

"WHO sudah enggak ada masalah dengan Vaksin Nusantara ini, setahu saya sih begitu. Tapi yang menjadi masalah itu justru di dalam negeri," ujar Siti Fadilah.

Ketika ditanya Rahma Sarita apakah hal itu terkait persaingan bisnis vaksin, Siti Fadilah mengaku tak memiliki data soal itu.

"Tapi kalau orang bicara menilainya seperti itu. Soalnya aneh. Kalau vaksin luar negeri gampang mendapatkan UEA (Emergency Use Authorization)," ujarnya.

"Di Jepang saja bisa disetop karena ada isi yang tak benar. Di Indonesia enggak dicek itu," ucapnya seraya tertawa.

Di sisi lain kini sejumlah negara telah memiliki vaksin produksi dalam negerinya sendiri. Namun vaksin yang beredar di dunia tetap sama dengan yang beredar di Indonesia. "Ya itu kan aneh," ujar Siti Fadilah.

Ketika disinggung mengenai adanya anggapan bahwa Vaksin Nusantara tidak murni asal dalam negeri, Siti Fadilah pun tampak kesal dengan anggapan itu.

"Biasanya yang ngomong begitu yang enggak tahhu. Emang kalau challengger-nya dari luar. Tapi teknologinya dari dalam negeri. Mungkin treatment-nya pun dari luar negeri," ujarnya.

Ia pun menyinggung kondisi yang sama pun terjadi pada Vaksin Merah Putih.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x