Vaksin Nusantara Terus Dicibir Epidemiolog UI Tapi Elu-elukan Vaksin Impor, Produsen Vaksin Dunia Sumringah

- 28 September 2021, 06:35 WIB
Ilustrasi. Epidemiolog UI elu-elukan vaksin konvesional, terus cibir Vaksin Nusantara.
Ilustrasi. Epidemiolog UI elu-elukan vaksin konvesional, terus cibir Vaksin Nusantara. / Pixabay/geralt/

Ia pun mengungkapkan kapitalisasi pasar dan pendapatan sejumlah produsen. Produsen vaksin dunia kini tengah sumringah.

Disebutkan, Pfizer mendapatkan kapitalisasi pasar $206,383 miliar dan pendapatan $52,750 miliar.

Di China, kapitalisasi pasar $37,52 miliar dan pendapatan $1,657 miliar. Moderna
kapitalisasi $22,616 miliar dan pendapatan $94,47 miliar.

Sanofi yang memproduksi DNA SARS-COV2 kapitalisasi pasar $121,45 miliar dan pendapatan $43,70 miliar. Astra Zeneca produsen vaksin Covid kapitalisasi pasar $133,055 miliar
dan pendapatan $23,565 miliar.

"Sayangnya di Indonesia tidak mendapatkan porsi ini karena memang tidak mempunyai pabrik vaksin sehingga tak bisa menikmati peningkatan pasar ini," katanya.

"Kalau saja Rujak ulek Jawa Timur bisa digunakan untuk mengobati Covid, dilobikan kesedunia, mungkin peningkatan kapitalisasi pasar bisa dinikmati, Itu tantangannya," katanya.

Profesor Nidom pun menyayangkan sejumlah kolega menyatakan Vaksin Nusantara bukanlah vaksin melainkan imunoterapi.

"Saya ingin meluruskan saja, bahwa sebuah definisi atau terminologi suatu vaksin adalah suatu material biologi yang diberikan kkepada tubuh kemudian bisa secara aktif menimbulkan daya tahan tubuh dari suatu infeksi," kata Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair ini.

"Jadi ada pemberian bahan biologi ke tubuh yang bisa menimbulkan imunitas," jelasnya.

"Di dalam tubuh itu ada mesin yang bisa menimbulkan imunitas karena terpicu oleh adanya bahan bilogi. Itu terminoligi vaksin selama ini," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x