Vaksin Nusantara Terus Dicibir Epidemiolog UI Tapi Elu-elukan Vaksin Impor, Produsen Vaksin Dunia Sumringah

- 28 September 2021, 06:35 WIB
Ilustrasi. Epidemiolog UI elu-elukan vaksin konvesional, terus cibir Vaksin Nusantara.
Ilustrasi. Epidemiolog UI elu-elukan vaksin konvesional, terus cibir Vaksin Nusantara. / Pixabay/geralt/

Dengan begitu, lanjut dia, jika ada varian baru maka bisa bisa langsung dikendalikan.

Ia pun mengungkapkan pernyataan otoritas kesehatan di Negara Thailand yang mengungkapkan Vaksin Sinovac tak mampu mengatasi varian Delta.

"Itu di Thailand ya. Kalau di Indonesia, mungkin banyak pernyataan-pernyataan, tapi penelitiannya sedikit," ujarnya.

Soal Vaksin Merah Putih, Profesor Nidom menyebutkan vaksin tersebut merupakan copy-paste dari vaksin yang sudah ada saat ini. Sehingga bakal kesulitan jika menghadapi kemunculan varian baru.

Baca Juga: Gatot Nurmantyo Sebut TNI Telah Disusupi PKI, Kostrad Tak Punya Ide Bongkar Patung Soeharto dan Sarwo Edhi

Mantan Menteri Kesehatan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Siti Fadilah Supari dengan tegas pernah membantah anggapan Vaksin Nusantara tidak berbasis sains.

Perbedaan pendapat antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan peneliti Vaksin Nusantara terletak dari prosedur pengujian. BPOM meminta agar penelitian dilakukan terlebih dahulu pada hewan.

Padahal Vaksin Nusantara sifatnya berbeda dengan vaksin konvesional karena menggunakan sel dendritik manusia. "BPOM bicara Sop Buntut, Vaksin Nusantara bicara rendang. Ya enggak nyambung," celotehnya.

Profesor Nidom pun membeberkan keuntungan besar yang kini diraih sejumlah produsen besar vaksin besar dunia .

"Pabrik-pabrik vaksin besar dunia, mendapatkan kabar gembira karena kapitalisasi pasarnya mengalami peningkatan signifikan," ujar Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Proffesor Nidom Foundation (PNF) ini.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x