Dengan begitu, lanjut dia, jika ada varian baru maka bisa bisa langsung dikendalikan.
Ia pun mengungkapkan pernyataan otoritas kesehatan di Negara Thailand yang mengungkapkan Vaksin Sinovac tak mampu mengatasi varian Delta.
"Itu di Thailand ya. Kalau di Indonesia, mungkin banyak pernyataan-pernyataan, tapi penelitiannya sedikit," ujarnya.
Soal Vaksin Merah Putih, Profesor Nidom menyebutkan vaksin tersebut merupakan copy-paste dari vaksin yang sudah ada saat ini. Sehingga bakal kesulitan jika menghadapi kemunculan varian baru.
Mantan Menteri Kesehatan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Siti Fadilah Supari dengan tegas pernah membantah anggapan Vaksin Nusantara tidak berbasis sains.
Perbedaan pendapat antara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan peneliti Vaksin Nusantara terletak dari prosedur pengujian. BPOM meminta agar penelitian dilakukan terlebih dahulu pada hewan.
Padahal Vaksin Nusantara sifatnya berbeda dengan vaksin konvesional karena menggunakan sel dendritik manusia. "BPOM bicara Sop Buntut, Vaksin Nusantara bicara rendang. Ya enggak nyambung," celotehnya.
Profesor Nidom pun membeberkan keuntungan besar yang kini diraih sejumlah produsen besar vaksin besar dunia .
"Pabrik-pabrik vaksin besar dunia, mendapatkan kabar gembira karena kapitalisasi pasarnya mengalami peningkatan signifikan," ujar Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Proffesor Nidom Foundation (PNF) ini.