GALAMEDIA - Pernyataan petinggi Densus 88 yang menyebut kemenangan Taliban menjadi inspirasi teroris di Indonesia, menuai beragam komentar.
Banyak pihak yang mendukung pernyataan petinggi Densus 88 tersebut, namun tak sedikit juga yang justru malah mengecamnya.
Pihak-pihak yang mengecam tersebut, menilai bahwa pernyataan petinggi Densus 88 itu sangat kental berbau islamophobia.
Akan tetapi, saat banyak pihak yang mengecam pernyataan petinggi Densus 88 itu, sorotan lain juga tertuju pada komisi I DPR RI.
Aktivis ekonomi, Ferry Koto menyoroti Komisi I DPR yang tampak diam seribu bahasa mengenai pernyataan petinggi Densus 88 yang berbau islamophobia itu.
Menurutnya, Komisi I DPR itu diisi oleh para tokoh hebat seperti Puan Maharani, Fadli Zon, Cak Imin, Ahmad Syaikhu, Meutya Hafid, dan Lodewijk Paulus.
"Komisi I DPR isinya tokoh2 hebat, selain Fadli Zon, ada Puan (Ketua DPR), Meutya Hafid (Ketua Komisi), Lodewijk Paulus (Waka DPR), Cak Imin, Ahmad Syaikhu, dll. Tapi sepi," ujarnya, dikutip Galamedia dari akun Twitter Ferry Koto, Kamis 7 Oktober 2021.
Sepinya suara tokoh-tokoh yang ada di Komisi I DPR dalam menyikapi pernyataan petinggi Densus 88 itu membuat Ferry Koto keheranan.
Praktis dari banyaknya tokoh-tokoh hebat di Komisi I DPR itu, hanya seorang Fadli Zon saja yang bersuara meminta Densus 88 itu dibubarkan, sementara yang lainnya diam seribu bahasa.
"Sekali bunyi hanya suara Fadli di twitter minta bubarkan Densus 88. Sementara Polri bukan Mitra Komisi I," katanya.
Seperti diketahui, Fadli Zon meminta satuan pemberantas teroris itu dibubarkan. Hal itu buntut pernyataan petinggi Densus 88 yang dianggap berbau islamophobia.
Menurutnya narasi-narasi yang disampaikan petinggi Densus 88 itu tidak dipercaya lagi oleh rakyat karena berbau islamophobia.
Oleh karena itu, Fadli Zon meminta Densus 88 segera dibubarkan apabila masih saja melempar narasi-narasi berbau islamophobia.***