Tiga Strategi Dinkes Kota Bandung Cegah Gelombang Ketiga Covid-19

- 19 Oktober 2021, 17:03 WIB
KEPALA Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani.
KEPALA Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani. /Hj. Ati Suprihatin/Galamedia/

GALAMEDIA - Tak ingin terjadi gelombang ketiga Covid-19 di wilayahnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung gencar melakukan upaya antisipasi. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung telah melakukan berbagai langkah untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus Covid-19.

Ancaman gelombang ketiga yang diprediksi oleh para ahli akan terjadi pada akhir tahun 2021. Kondisi ini berkaca dari lonjakan kasus positif yang terjadi pada akhir 2020 dan pertengahan 2021. Saat itu, terjadi peningkatan mobilitas yang tinggi saat perayaan hari besar keagamaan. Selain itu, pada bulan Desember terjadi pergantian cuaca ke musim hujan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani pada acara Bandung Menjawab di Auditorium Rosada, Balai Kota Bandung, Selasa (19 Oktober 2021), mengatakan, kasus Covid-19 di Kota Bandung semakin terkendali. Berdasarkan Intruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 53 Tahun 2021, kini Kota Bandung sudah memasuki level II, yaitu daerah yang memiliki kasus Covid-19 berisiko rendah.

Baca Juga: Jabar Kejar Target, JQR Gandeng PT Eigerindo MPI dan Korem 061 Surya Kencana Gelar Vaksinasi Massal di Bogor

"Namun meski begitu masyarakat tak boleh euforia, sebab ada ancaman gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia diprediksi akan terjadi pada akhir 2021," katanya.

Rosye menyebutkan, ada tiga hal penting yang perlu dilakukan untuk menjaga agar kasus Covid-19 tidak melonjak. Pertama, masyarakat tetap mempertahankan pola hidup dengan menjalankan 5M, yaitu menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker, menjauhi kerumunan, dan mengikuti vaksinasi Covid-19.

Kedua, Dinkes terus masif melakukan 3T, yaitu testing (tes), tracing (telusur), dan treatment (tindak lanjut) untuk pelacakan kasus kontak erat. Termasuk melakukan surveilans (memantau), antara lain dilakukan di sekolah.

Sesuai Intruksi Kementrian Kesehatan, sekolah yang melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM), maka 10 persennya harus dilakukan random sampling (tes acak). "Artinya dilakukan tes Covid-19 di sekolah dari berbagai tingkatan secara random. Sampai hari kemarin (Senin, 18 Oktober) kita sudah melakukan sampling kepada 1.512 warga sekolah, mulai dari siswa dan guru," terang Rosye.

Termasuk di puskesmas, semua kasus ISPA dilakukan random sampling. Pasien yang menderita batuk pilek, dilakukan pemeriksaan rapid antigen maupun PCR, untuk memastikan Covid-19 atau bukan.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah