Hari Pers Nasional, Yana Mulyana Ajak Insan Pers Jadi Mitra Pemkot Bandung Edukasi Masyarakat

- 9 Februari 2022, 19:48 WIB
Distribusi media cetak di Cikapundung.
Distribusi media cetak di Cikapundung. ///Humas Kota Bandung./

Bersaing dengan Daring

Kisah klasik di Cikapundung tersebut nampaknya harus rela tergerus gempuran teknologi. Sejak era konvergensi media cetak ke daring dekade 2010, penyusutan omzet mulai dirasakan para agen koran di Cikapundung.

Eneng misalnya. Wanita yang tinggal di Sukajadi ini sudah menjadi agen koran sejak akhir dekade 90-an. Ia mengaku omzet yang didapatnya menurun hingga 10 kali lipat dibanding 20 tahun silam.

Ia ditemani seorang putrinya saat menjaga agen koran. Ia sibuk melayani pesanan koran dari loper-loper yang membeli koran dari lapaknya.

"Dulu itu bisa sampai 15 juta per-hari (hasil penjualan). Sekarang sih sekitar 1,5 juta saja," ungkapnya.

Bila dipukul rata, awal dekade 2000-an, dalam sehari Eneng bisa menjual hingga 1.500 eksemplar koran. Jumlah itu menyusut hingga sekitar 180 eksemplar saja di tahun 2022.

"Tapi mau bagaimanapun, kehadiran teknologi enggak bisa ditolak. Mungkin sekarang kebiasaan orang sudah bergeser," ucap Eneng.

Masih Ada Pembeli

Kendati jumlah penjualannya menyusut jauh, tetapi para agen koran dan loper menyebut surat kabar masih punya segmen pembeli. Koko selaku pemilik agen koran mengakui hal tersebut.

Saat ditanya ketersediaan surat kabar media tertentu, ia menjelaskan ada surat kabar yang memang dijual untuk segmen pembeli umum. Namun ada pula surat kabar yang hanya dijual kepada mereka yang berlangganan.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah