Stroke dan Stress Berat, Warga Garut Ini Akhirnya Mendapat Bantuan

- 24 Agustus 2020, 06:16 WIB
Aan Supartini saat diantar ke rumah sakit. (foto: Agus Somantri/galamedia)**
Aan Supartini saat diantar ke rumah sakit. (foto: Agus Somantri/galamedia)** /

GALAMEDIA - Nasib tragis harus dialami Aan Supartini, warga Kelurahan Jayawaras, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Wanita berusia 45 tahun tersebut hanya bisa terbaring setelah mengalami stroke sejak 5 tahun lalu.

Keterbatasan ekonomi membuatnya tak mampu untuk mendapatkan tindakan medis yang maksimal guna kesembuhan penyakit yang dideritanya tersebut.

Saat kondisinya masih sehat, Aan kadang berkeliling mengamen mengais rezeki dengan menyusuri jalanan kota Garut hingga berpuluh kilometer untuk menghidupai anak-anaknya yang tinggal bersamanya.

Baca Juga: Empat Golongan Orang Ini Dipercaya Bisa Memperlambat Terjadinya Kiamat

Suaminya, sudah menikah lagi dengan wanita lain, sehingga ia harus hidup mandiri dan berjuang sendiri demi kelangsungan hidup keluarganya.

Namun setelah mengalami sakit stroke yang membuatnya tidak bisa berjalan lagi, Aan pun hanya bisa pasrah dan terbaring lemah diatas sehelai kasur di rumahnya yang sempit berukuran 4 x 4 meter tanpa kamar mandi dan tolilet tersebut.

Pendampng PKH (Program Keluarga Harapan) Kelurahan Jaya Waras, Anggit, mengatakan, sebelum mengalami stroke, Aan sempat mengalami stress berat usai anak perempuannya mengalami gangguan jiwa setelah pulang dari Jakarta.

Baca Juga: Sisa Peperangan Epik Zaman Dulu, Benteng Pertahanan Berusia 3.200 Tahun Ditemukan Dekat Yerusalem

"Sebelumnya, anaknya itu memang ada yang mempekerjakan di Jakarta, Namun saat pulang tiba-tiba ada perubahan yang drastis, bisa dikatakan gangguan jiwa," ujarnya, Ahad 23 Agustus 2020 malam.      

Berdasarkan informasi yang didengarnya, terang Anggit, anak Aan tersebut dijual ke Jakarta dan bisa kabur ke Garut saat disuruh majikannnya untuk membeli rokok. Namun setelah tiba di Garut, ia mengalami gangguan jiwa, bahkan sempat menggugurkan kandungan.    

Meski stress, lanjut Anggit, namun Aan masih sempat mengurus anaknya yang mengalami gangguan jiwa tersebut. Namun melihat anaknya sering meracau, membuat pikiran Aan pun semakin terganggu hingga akhirnya stres berat dan akhirnya stroke.

Baca Juga: Rasulullah Tak Pernah Melihat Hal yang Lebih Mengerikan dari Alam Kubur

Bahkan akibat stroke yang dialaminya, Aan pun mengalami kelumpuhan di kedua kakinya sehingga tidak bisa lagi mencari uang. Sedangkan untuk makan, ia hanya mengandalkan pemberian dari warga yang peduli kepadanya.

Meski mendapatkan PKH, namun tidak jarang uang yang menjadi haknya tersebut malah dinikmati oleh suami dan istri barunya. Aan juga sempat menjalani dua kali perawatan di rumah sakit dengan menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.

Namun karena tidak memiliki uang untuk membeli obat-obatan yang tidak ada di rumah sakit, akhirnya Aan pun terpaksa memilih pulang ke rumahnya.  

Baca Juga: Sebut Mengerikan, Begini Curhatan Maverick Vinales di MotoGP Styria 2020

Di rumah, Aan tinggal bersama Rudy, anak laki-lakinya yang berprofesi sebagai pemulung. Sedangkan anak perempuannnya yang mengalami gangguan jiwa diurus oleh istri ketua RW setempat di kampungnya.

Sedangkan anak-anaknya yang lain yang masih kecil tinggal bersama mertuanya yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahnya.  

Pikiran Aan pun semakin bertambah stress saat mendengar informasi jika rumah yang selama ini ditempatinya akan dibongkar oleh PT KAI (Kereta Api Indonesia), berhubung akan diaktifkannya kembali jalur kereta api Garut-Cikajang. Rumah Aan memang berada persis di bantaran Rel kereta.

Baca Juga: Mengintip Karya Fotografi Luki Lutvia

"Kalau sekarang rumah Ibu Aan alhamdulillah sudah layak ditempati, dan sudah dibuatkan kamar mandi dan tolietnya. Sudah dibersihkan juga oleh warga di kampung sini," katanya.

"Dulu mah kotor dan bau karena buang airnya di sana saja karena tidak bisa kemana-mana. Mungkin lama tidak mandi juga. Kemarin saat dibersihkan saya mandikan dan potong rambutnya," imbuh Anggit.    

Anggit mengungkapkan, ia dan tokoh masyarakat sekitar sempat berupaya untuk mengobati anak Aan yang mengalami gangguan jiwa dengan meminjam ambulan ke lembaga nirlaba untuk membawanya ke rumah sakit jiwa di Bogor.

Baca Juga: Bayern Munchen Juara Liga Champions Usai Taklukan PSG

Ia pun sempat mendapatkan perawatan selama 23 hari karena pihak rumah sakit hanya bisa menanggung perawatan selama waktu tersebut ketika pasien menggunakan BPJS.  

"Walaupan hanya 23 hari di sana (rumah sakit jiwa Bogor), tapi alhamdulillah ada perubahan yang cukup baik. Sekarang mah tidak banyak teriak-teriak lagi dan kadang nyambung kalau diajak ngobrol juga," katanya.

Sementara itu untuk memberikan lagi pengobatan secara medis kepada Aan yang mengalami stroke, diakui Anggit, ia dan warga lainnya merasa bingung karena terbentur beberapa hal. Salah satunya terkait masalah biaya.

Baca Juga: Batik Air Dilarang Terbang Gara-Gara Bawa 6 Penumpang Positif Covid-19, Kemenhub Langsung Bereaksi

Kebingungannya itu terpecahkan setelah Kepala Seksi Pidana Umum (Kasi Pidum) Kejaksaan Negeri (Kejari) Garut, Dapot Dariarma, datang berkunjung untuk melihat langsung kondisi Aan dan anaknya di rumahnya pada Minggu 23 Agustus 2020.        

"Saya dapat informasi ada warga yang sakit dan tidak bisa berobat maksimal karena keterbatasan ekonominya. Jadi saya langsung datang kesini untuk melihat kondisinya," ujar Dapot saat mengujungi Aan, Ahad 23 Agustus malam.  

Awalnya, kedatangan Dapot ke rumah Aan tersebut disambut biasa-biasa saja. Aan juga tidak menyangka jika Dapot sebagai dewa penolong sehingga dirinya kemudian bisa mendapatkan perawatan medis di RSUD dr. Slamet Garut.

Halaman:

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x