"Tapi, tidak kita dengar beliau terusik atau terganggu lalu memakai negara untuk mencipta dikotomi di akar rumput masa. 10 tahun kita menikmati ketenangan dan pertumbuhan," sambungnya.
Menurut Fahri, periode kepempimpinan pemerintahan memang bergantung pada siapa yang berkuasa. Pun begitu, akan sangat bergantung pada sosok pemimpinnya.
"Semuanya kembali kepada pemimpin, bisakah ia mencipta musim perdamaian dan persahabatan? Atau Apakah ia akan menciptakan musim perang? Kalau perang dengan negara lain mendingan. Ini perang dengan saudara sendiri. Dalam krisis pula. Mau dapat apa kita?" tambahnya.
Baca Juga: Polda Metro Jaya Ingatkan Ganjil-Genap Masih Berlaku
Fahri pun mengungkit soal sepak terjang Menteri Agama. Menurut dia, Menag belakangan ini kerap berkomentar soal radikalisme disebarkan oleh pemuda good looking serta rencana sertifikasi dai yang menuai protes di kalangan umat Islam.
"Nasi belum menjadi bubur pak @jokowi. Meski ketololan berbicara para elit bikin rusuh rakyat yang sedang menyelamatkan diri dari serangan pandemi, para elite tetap harus mengatur agar kita bisa melihat agenda bersama sebagai bangsa, agenda yg mempersatukan," tandasnya.
Nasi belum menjadi bubur pak @jokowi . Meski ketololan berbicara para elit bikin rusuh rakyat yang sedang menyelamatkan diri dari serangan pandemi, para elite tetap harus mengatur agar kita bisa melihat agenda bersama sebagai bangsa, agenda yg mempersatukan.— #2020ArahBaru (@Fahrihamzah) September 9, 2020
Seperti diketahui, Fahri Hamzah termasuk politisi yang kerap kritis terhadap pemerintah. Ia pun tak segan memberikan komentar pedas terhadap pemerintah jika memang ada yang dianggap tak beres dan tak berpihak kepada rakyat.***