GALAMEDIANEWS - Karyawan Google telah mengambil sikap terhadap hubungan bisnis raksasa teknologi tersebut dengan pemerintah Israel, khususnya keterlibatannya dalam Proyek Nimbus, kontrak layanan cloud senilai 1,2 miliar dolar AS.
Tuntutan ini muncul sebagai tanggapan terhadap kekhawatiran atas sikap Google terhadap kebebasan berekspresi selama genosida Israel di Jalur Gaza dan tuduhan diskriminasi di tempat kerja terhadap karyawan Muslim, Arab, dan Palestina.
Baca Juga: Media Israel Ungkap Perkembangan Terkini Negosiasi Pertukaran Tawanan Perang Jalur Gaza
Pada hari Rabu, sekelompok karyawan Google secara anonim memublikasikan surat terbuka di Medium, menyerukan pembatalan segera Proyek Nimbus.
Surat tersebut menyoroti standar ganda yang dirasakan dalam perusahaan ini, dengan mengutip kolaborasi berkelanjutan Google dengan pemerintah Israel sambil mengkritisi penanganan situasi di Gaza.
Penulis anonim surat tersebut menyatakan kekhawatiran atas "kebencian, penyalahgunaan, dan balasan dendam" yang dialami oleh pekerja Muslim, Arab, dan Palestina di dalam perusahaan. Mereka menahan diri untuk mengungkap identitas mereka karena takut akan balasan yang mungkin terjadi.
Surat ini ditujukan kepada para eksekutif puncak Google, termasuk CEO Sundar Pichai dan CEO Google Cloud Thomas Kurian, mendorong mereka untuk mengecam apa yang disebut sebagai "genosida yang sedang berlangsung" sekuat mungkin.
Fokus utama dari tuntutan karyawan adalah penghentian segera Proyek Nimbus, yang memasok teknologi canggih, termasuk kecerdasan buatan, kepada militer Israel.