Merujuk pada laporan dari Wall Street Journal Amerika, pemerintah AS menyatakan kepercayaan yang semakin meningkat terhadap keakuratan laporan Palestina tentang jumlah martir. Ini menandai perubahan yang signifikan dalam posisi Amerika, menunjukkan bahwa mereka mulai melepaskan keraguan sebelumnya tentang kebenaran angka korban di Gaza.
Dukungan global dan organisasi internasional juga telah menekankan keabsahan data Palestina, menyoroti keakuratannya serta dokumentasinya yang ekstensif. Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan telah menyertakan data Kementerian Kesehatan ke dalam laporan mereka, menekankan keandalannya serta sumbernya.
Baca Juga: Banyak Warga Palestina Terbunuh, AS Serukan Perlindungan Warga Sipil
Keraguan sebelumnya dari Presiden Biden terhadap angka korban yang dilaporkan memicu tanggapan komprehensif dari Kementerian Kesehatan di Gaza. Mereka merilis dokumen terperinci berisi identitas lebih dari 7.000 warga Palestina yang tewas selama serangan udara Israel di Jalur Gaza, memperkuat kembali keandalan angka tersebut.
Saat konflik terus berlanjut hingga hari ke-35, jumlah kematian telah mencapai 11.078 martir, termasuk 4.506 anak, seperti yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina. Statistik kelam ini lebih menekankan biaya kemanusiaan dari agresi yang berkelanjutan di Gaza.
Upaya sebelumnya untuk memutarbalikkan kejadian, seperti pemalsuan informasi tentang pengeboman Rumah Sakit Al-Ahly Baptist, telah terungkap, memberikan wawasan tentang kompleksitas dan tantangan dalam merepresentasikan realitas konflik dengan akurat.
Pengakuan terbaru tentang keakuratan jumlah korban oleh pejabat Amerika menyoroti biaya yang menghancurkan dari konflik di Gaza.
Peningkatan kredibilitas dan pengakuan terhadap laporan Palestina, didukung oleh organisasi internasional, menuntut pemahaman yang lebih dalam tentang tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di wilayah tersebut. Kebutuhan akan penyelesaian untuk mencegah lebih banyak korban jiwa dan meringankan penderitaan menjadi semakin mendesak.***