Tak Mau jadi Klaster Baru, Warga Kampung Cilimus Hideung Cibatu Minta Kampungnya Diterapkan PSBM

- 21 September 2020, 15:27 WIB
Ilustrasi virus corona. (Getty Images/iStockphoto)
Ilustrasi virus corona. (Getty Images/iStockphoto) /

GALAMEDIA- Warga Kampung Cilimus Hideung, Desa Cibunar, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut untuk menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) di kampungnya, mengingat ada 4 orang warga yang dinyatakan positif Covid-19.

Salah seorang warga Kampung tersebut, Budi Hermawan (39) mengatakan, warga merasa khawatir jadi klaster penyebaran Covid-19 besar kalau tidak dilakukan PSBM, karena tiga orang terakhir yang dinyatakan terkonfirmasi positif banyak berinteraksi dengan warga lainnya.

"Termasik juga dengan warga dari luar kampung dan aparat pemerintah kecamatan," ujarnya, Senin 21 September 2020.

Baca Juga: Presiden Jokowi Enggan Ikuti Saran PBNU dan Muhammadiyah, Kapolri Terbitkan Maklumat

Budi menyebutkan, kasus Covid-19 pertama menimpa satu orang warganya pada 8 September 2020 lalu yaitu KC-97. Sehari kemudian, 54 orang warga yang diduga melakukan kontak erat dengannya dilakukan test swab. Namun, mereka yang di test swab tidak diberi tahu harus mengisolasi diri sebelum hasil test keluar.

Makanya, menurut Budi, mereka yang telah menjalani swab tetap melakukan aktivitas seperti biasanya, termasuk menghadiri hajatan pernikahan di rumah salah satu warga pada 13 September 2020 dan menghadiri pengurusan dan prosesi pemakaman seorang tokoh agama yang meninggal di kampungnya pada 15 September 2020.

“Tanggal 17 September sore, dari 45 orang warga yang di swab, tiga di antaranya dinyatakan positif Covid-19, yaitu KC-146, KC-147, KC-148 dan langsung dijemput untuk dikarantina malam harinya oleh pihak rumah sakit,” ucapnya.

Baca Juga: Tak Mau Nurut PBNU dan Muhammadiyah, Presiden Jokowi Nyatakan Pilkada Serentak 2020 Terus Berlanjut!

Sehari kemudian, lanjut Budi, petugas kesehatan kembali melakukan tracing terhadap mereka yang melakukan kontak erat terhadap tiga warga yang dinyatakan positif Covid-19 tersebut.

Diakui Budi, ia melihat ada permasalahan besar mengingat salahsatu dari tiga orang yang dinyatakan positif, ikut hadir di dua acara yang dihadiri banyak warga di kampungnya yaitu hajatan dan pemakaman tokoh agama.

“Salah satu yang dinyatakan positif dari tiga orang ini, aktif menyiapkan dua acara itu hingga pelaksanaan acaranya, membagi-bagi makanan ke rumah warga dan bertemu dengan banyak orang,” katanya.

Baca Juga: Resep Tahu Gejrot, Camilan Khas Cirebon yang Seger dan Bikin Ketagihan

Karena merasa ada potensi besar menjadi klaster penyebaran Covid-19 baru dari kampungnya, Budi pun mengusulkan agar pemerintah daerah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Mikro (PSBM) di kampungnya. Ia menyebut, warga siap mengikuti kebijakan tersebut untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 yang massif.

“Harusnya semua warga di swab, karena hadir di acara hajatan dan juga acara pemakaman, kalau tidak PSBM saja se-kampung,” ucapnya.

Budi juga melihat, penanganan Covid-19 di kampungnya terkesan setengah hati. Orang pertama yang dinyatakan positif setelah sempat diisolasi di rumah sakit, dua hari kemudian sudah pulang karena ternyata bukan positif Covid-19, melainkan terkena penyakit DBD.

“Pulang ke kampung juga tidak diantar petugas, hanya pakai ojek. Makanya warga banyak yang merasa aneh,” katanya.

Baca Juga: Sepekan PSBB II DKI Jakarta: Kasus Covid-19 bertambah 6.960 Orang! Simak Daftar 25 Kelurahan

Selain itu, terang Budi, pemerintah pun tidak melakukan isolasi terhadap keluarga pasien yang dinyatakan positif Covid-19. Pihak keluarga, tidak bisa melakukan isolasi mandiri karena tidak ada jaminan sosial berupa jatah hidup dan lainnya dari pemerintah untuk isolasi mandiri.

“Tim gugus tugas hanya meminta warga isolasi mandiri, tapi tidak diberi jaminan sosial, sama saja bohong, bagaimana kebutuhan hidup mereka selama isolasi kalau tidak ada bantuan,” katanya.

Baca Juga: Nyaris Tak Terlihat, Viral Foto Kamuflase Keren Pasukan SAS Inggris di Tengah Medan Ekstrem

Budi menambahkan, jika benar pemerintah ingin memutus mata rantai penyebaran Covid-19, ia pun meminta agar kampungnya diberlakukan PSBM. Karena menurutnya Ini penting bagi warga kampungnya agar bisa benar-benar merasa yakin bahwa kampungnya bersih dari Covid-19.

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x