TMII Bagai Kuburan Hidup, Para Seniman Terpaksa Mengandalkan Donasi untuk Bisa Bertahan

- 29 September 2020, 10:33 WIB
/

 


GALAMEDIA - Ditutupnya tempat hiburan selama masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta ternyata berimbas pada kalangan seniman, terutama seniman di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Para seniman TMII yang tergabung dalam komunitas seniman TMII ini terpaksa harus mengemis dan mengandalkan donasi dari pemerintah (Pemorv) DKI Jakarta.

"Teman-teman melaksanakan konser virtual dengan berbagai tajuk dan cara untuk donasi, tetapi kan seniman semestinya tidak harus bekerja dengan cara donasi konser," kata Koordinator Seniman Tari dan Musik TMII, Armen yang dilansir Antara, Selasa 29 September 2020.

Menurut Armen, PSBB yang diterapkan secara terus menerus oleh pemerintah telah menutup ruang kreativitas seniman dalam berkarya untuk memperoleh penghasilan.

Baca Juga: Militer China Latihan Besar-besaran di Empat Wilayah Perairan, Amerika Serikat Perkuat Pasifik

Bahkan kata Armen, penutupan sementara kawasan wisata TMII sebagai upaya mencegah penularan Covid-19 nyatanya menjadi 'kuburan hidup' bagi ratusan seniman di Jakarta khususnya, TMII.

"TMII misalnya, PSBB berlanjutan membuat aktivitas kami mati, TMII sekarang seperti kuburan hidup bagi kami, aktivitas mati karena dikontrol petugas," ujarnya.

Satu-satunya peluang mencari pendapatan, kata Armen, hanya melalui konser virtual yang memanfaatkan fasilitas media sosial dengan mencantumkan permintaan donasi.

Armen mengatakan konser tidak seharusnya digelar dengan donasi, sebab seniman harus berkarya.

Baca Juga: Bakal Dirikan SMK di Sumbawa, Borsya Grup Janjikan Beasiswa dan Magang di Korea

"Bagi saya agak malang juga seniman lakukan itu (donasi melalui konser virtual). Takutnya kalau Covid-19 selesai, seniman akan ke bawa terus dengan kebiasaan itu. Sedangkan seniman itu berkaitan dengan mempertahankan marwah budaya," katanya.

Donasi yang terkumpul melalui konser virtual pun terkadang tidak sesuai harapan untuk bisa memenuhi kebutuhan dasar anggota.

"Tapi saya tidak bisa salahkan teman-teman, sebab pergerakan kita memang sudah tidak ada lagi. Donasi itu memakan waktu dan tenaga, malah kadang ada, kadang tidak pemasukan," ujarnya.

Armen tidak menampik perhatian pemerintah daerah dalam bentuk pemberian sembako berisi beras, minyak, gula, dan lainnya.

Baca Juga: Siapkan Saja 490 Miliar, Berlian Terlangka di Dunia Siap Jadi Milik Kolektor Ultrakaya 5 Oktober Ini

Namun bantuan tersebut belum sepenuhnya menutupi kebutuhan dasar profesi seniman di Jakarta.

"Kalau hanya bantuan sosial beras, minyak dan lainnya itu hanya kebutuhan perut saja. Tapi bagimana mereka sewa tempat tinggal, listrik, khususnya mereka yang berkeluarga itu seperti apa? Ini harus ada rundingan lebih jauh," katanya.

Solusi jitu
Komunitas seniman TMII pun saat ini tengah menanti solusi jitu dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ekonomi di tengah PSBB yang diterapkan secara berkelanjutan.

Baca Juga: Hari Jantung Sedunia: Lakukan 5 Hal Sederhana Ini Untuk Jaga Kesehatan Jantung Anda

"Saya tahu bahwa mengurus warga dalam jumlah besar itu susah, tapi apa langkah jitunya saat kesenian di ruang budaya itu ditutup semua," Armen.

 

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x