20 Persen Air Bersih di Seluruh Dunia Tercemar Produksi Limbah Tekstil, Daur Ulang Jadi Solusinya

- 14 Maret 2024, 20:41 WIB
Ilustrasi: 20 persen air bersih di seluruh dunia tercemar akibat limbah tekstil./  Pexels @Pixabay
Ilustrasi: 20 persen air bersih di seluruh dunia tercemar akibat limbah tekstil./ Pexels @Pixabay /

GALAMEDIANEWS – Produksi dalam limbah tekstil sangat meningkat pesat. Namun, hal ini justru berdampak terhadap lingkungan.

Untuk mengatasi dampak ini, bisa dilakukan dengan cara meningkatkan siklus hidup dan daur ulang tekstil. Hal ini merupakan bagian dari rencana untuk mencapai ekonomi sirkulasi pada tahun 2050.

Dibutuhkan banyak air untuk memproduksi tekstil ditambah lahan untuk menanam kapas dan serat lainnya. Untuk membuat satu kaos katun saja dibutuhkan perkiraan 2.700 liter air bersih, guna untuk memenuhi kebutuhan minum satu orang selama 2,5 tahun.

Sektor tekstil itu sendiri merupakan degradasi air dan penggunaan lahan terbesar ketiga pada tahun 2020, dibutuhkan rata – rata sekitar 9m kubik air, 400 m persegi tanah, dan 391 kalori bahan baku untuk menyediakan makanan dan sepatu.

Produksi tekstil diperkirakan bertanggung jawab sekitar 20 persen pencemaran air bersih global yang disebabkan oleh adanya pewarnaan dan finishing. Sekali cuci saja bahakn poliester dapat melespaskan sekitar 700.000 serat mikroplastik yang berakhir di rantai makanan.

Baca Juga: 30 TPA Kebakaran Selama 2023, Otomatisasi Ritel Kurangi Masalah Sampah dan Limbah Makanan

Mencuci produk sintesits sebabkan akumulasi lebih dari setengah juta ton mikroplastik di dasar lautan setiap tahun, selain masalah global polusi yang dihasilkan oleh produksi garmen memiliki dampak buruk terhadap kesehatan warga,hewani, dan ekosistem tempat pabrik itu berada.

Industri pakaian bertanggung jawab atas 10% emisi global lebih besar dibandingkan gabungan antara emisi karbon penerbangan internasional dan pelayaran laut.

Limbah tekstil di tempat pembuang sampah dan tingkat daur ulang yang rendah dengan cara membuang pakaian yang tak terpakai telah berubah dengan barang yang dibuang dan bukan disumbangkan.

Kurang dari separuh pakaian bekas dikumpulkan untuk digunakan kembali atau didaur ulang dan hanya sekitar 1% dari pakaian bekas yang didaur ulang menjadi pakaian baru, karena teknologi yang memungkinkan pakaian didaur ulang menjadi serat murni kini mulai bermunculan.

Munculnya industri fashion berperan penting dalam peningkatkan konsumsi, sebagian berdasarkan dorongan pada  media sosial sehingga tren fashion membawa lebih banyak konsumen dengan lebih cepat dibandingkan pada masa lalu.

Strategi ini termasuk mengatasi masalah dalam mengembangkan model bisnis untuk persewaan pakaian, merancang produk dengan cara yang memudahkan penggunaan kembali dan daur ulang dengan meyakinkan konsumen untuk membeli pakaian dengan kualitas lebih baik dalam tahan lebih lama dan secara umum mengarahkan perilaku konsumen ke arah pilihan yang lebih berkelanjutan.

Infografis yang menunjukkan pertumbuhan produksi tekstil dari waktu ke waktu sekitar 58 juta ton pada tahun 2000, 109 juta ton pada tahun 2020, dan proyeksi 145 juta ton pada tahun 2030.

Sebagai bagian rencana aksi ekonomi sirkulasi, komisi Eropa pada bulan Maret 2022 yang mana mempresentasikan strategi baru untuk membuat tekstil lebih tahan, dapat diperbaiki, dapat digunakan kembali dan didaur ulang, mengatasi industri fashion, dan merangsang inovasi dalam sektor ini.

Adapun strategi ini mencakup terkait persyaratan ecodesign untuk tekstil, informasi yang lebih jelas, paspor produk digital, dan menyerukan terkait perusahaan untuk bertanggung jawab dan bertindak untuk meminimalisir jejak karbon dan lingkungan.

Parlemen Eropa mengajukan proposal guna meminta agar tekstil diproduksi dengan menghormati hak asasi manusia, sosial dan buruh, serta lingkungan dan kesejahteraan hewan.

Baca Juga: Tesla Lakukan Kesalahan Penanganan Limbah Bebahaya, Langsung Dituntut 25 Daerah


UE memiliki ekolabel UE yang dapat diterapkan oleh produsen yang menghormati kriteria ekologis pada produknua, hal ini memberikan visibilitas lebih pada produk yang mengandung lebih sedikit zat dan membahayakan polusi air dan udara.

arahan limbah telah disetujui oleh Parlemen pada tahun 2018. Strategi komisi juga mencakup terkait langkah untuk mengatasi keberadaan bahan kimia berbahaya, dan juga menyerukan produsen untuk mengambil tanggung jawab atas produk sepanjang rantai nilai termasuk ketika produk tersebut menjadi limbah, dan bertujuan untuk membnatu konsumen memiliki tekstil yang ramah lingkungan.

Parlemen mengajukan gagasan untuk perubahan peraturan limbah tekstil pada Maret 2024. Revisi peraturan limbah akan mulai memperkenalkan skema tanggung jawab produsen. Hal ini berarti dalam praktiknya bahwa produsen tekstil, seperti pakaian, alas kaki, topi, aksesoris, serta perusahaan lain yang memasarkan produk dipasar Eropa, harus menanggung biaya pengumpulan, penyortiran, dan daur ulang.

Meski, komisi Eropa mengusulkan skema tanggung jawab yang mana produsen bakal diperluas harus diberlakukan selama 30 bulan setelah arahan tersebut diberlakukan. Selain itu, negara UE akan diwajibkan mengumpulkan tekstil paling lanbat 1 Januari 2015 untuk digunakan kembali dan didaur ulang.

“Kami meminta target pengurangan limbah tekstil dengan pengawasan terhadap tekstil bekas yang diekspor, anggota Parlemen Eropa yang bertanggung jawab untuk mengarahkan peraturan tersebut melalui Parlemen. Ia juga menyerukan infrastuktur yang lebih baik untuk pengumpulan tekstil secara terpisah dan pemilahan sampah kota yang lebih efisien, sehingga barang yang didaur ulang dapat diesktrasi sebelum dikirim ke insinerator atau tempat pembuangan sampah,” kata Komisi Eropa.***

Editor: Feby Syarifah

Sumber: Environment Programme


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah