Terbukti Jadikan Twitter Tameng Reputasi, Pakar Ingatkan Media Jangan Terkecoh Cuitan Trump

- 12 November 2020, 14:16 WIB
galamedianews.com
galamedianews.com /galamedianews.com

GALAMEDIA - Donald Trump menggunakan akun Twitter miliknya untuk mengalihkan perhatian media dari topik yang dapat merusak reputasinya. Demikian dikonfirmasi sebuah penelitian.

Para ahli dari Bristol menganalisis liputan media tentang pemerintahan Trump dalam dua tahun pertama, khususnya terkait penyelidikan Rusia dan Mueller.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Kamis (12 November 2020) mereka membandingkan ini dengan cuitan Trump mengenai  topik lain yang  lebih disukainya seperti China, imigrasi, dan lapangan pekerjaan  pada saat bersamaan.

Baca Juga: Nyatakan Terorisme Islam Ancaman Internasional, Macron Kutuk Aksi Pembantaian Puluhan Warga Mozambik

Tim mengungkap, semakin banyak laporan Mueller diliput, semakin banyak Trump men-tweet topik lain  dan semakin sedikit perhatian media pada  penyelidikan keesokan harinya.

“Setiap kali media melaporkan sesuatu yang mengancam atau tidak nyaman secara politik untuk Trump, akunnya semakin banyak men-tweet topik lain yang mewakili kekuatan politiknya,” ujar  penulis makalah Stephan Lewandowsky.

Baca Juga: Naik ke Tahap Penyidikan, Polisi Akan Periksa Gisella Anastasia dan Jessica Iskandar

"Pengalihan perhatian sistematis dari topik yang berpotensi merusak dirinya terbukti secara signifikan mengurangi liputan  negatif media keesokan harinya," tambah psikolog dari Universitas Bristol itu.

Trump menjadi salah satu pengguna media sosial paling produktif di antara para pemimpin dunia. Sejak awal pencalonannya pada tahun 2015, sekitar 30.000 tweet telah dicuitkan dari akunnya.

Dalam studi mereka, Profesor Lewandowsky dan rekannya berfokus pada dua tahun pertama Trump menjabat. Periode ini mencakup investigasi Robert Mueller terhadap potensi kolusi antara tim Trump dengan Rusia dalam Pilpres  AS 2016.

Baca Juga: Lindungi Dari Covid-19, Menkes Ajak Warga Disiplin Jalankan Protokol Kesehatan

Para peneliti menganalisis konten yang berkaitan dengan Rusia dan penyelidikan Mueller di dua media AS, New York Times dan ABC World News Tonight.

Tim memilih kata kunci dari topik yang disukai Trump pada saat itu,  'pekerjaan', 'China' dan 'imigrasi'  yang mereka hipotesiskan kemungkinan besar akan muncul dalam “tweet pengalihan”.

Studi menemukan  semakin banyak New York Times dan ABC World News Tonight melaporkan penyelidikan Mueller, semakin banyak tweet Trump yang menyebutkan kata kunci tadi.

Baca Juga: Sejumlah Logistik Pilkada Sudah Didistribusikan KPU ke PPK

Hasil studi juga menunjukkan setiap lima berita utama ABC yang berkaitan dengan investigasi Mueller dikaitkan dengan satu dari penyebutan kata kunci dalam cuitan  Trump.

Sedangkan dua penyebutan tambahan dari salah satu kata kunci dalam tweet Trump dikaitkan dengan kurang lebih satu penyebutan investigasi Mueller pada  New York Times hari berikutnya.

Pola seperti itu tidak muncul pada topik lain yang tidak menimbulkan ancaman bagi Trump  seperti Brexit atau isu non-politik seperti sepak bola atau berkebun.

Baca Juga: Sumba Barat Daya NTT Digoyang Gempa Dangkal Magnitudo 5,2

“Tidak jelas apakah Trump atau siapa pun yang mengelola akun Twitter-nya  sengaja menggunakan taktik semacam itu atau hanya intuisi,” ujar Profesor Lewandowsky.

“Bagaimanapun, kami berharap hasil ini berfungsi sebagai pengingat yang bermanfaat bagi media bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengatur agenda berita, dengan fokus pada topik yang mereka anggap paling penting, sementara mungkin tidak terlalu memperhatikan ranah Twitter.”

Baca Juga: Andi Arief Bandingkan Soekarno dengan Habib Rizieq, Gus Nadir: Bandingkan Itu Dengan SBY Aja

Studi mencakup analisis yang diperluas dengan mempertimbangkan seluruh kosakata Twitter Trump sebagai sumber pengalihan potensial.

Analisis mengidentifikasi hampir 90 pasang kata lebih yang muncul dalam cuitan Trump ketika liputan tentang Rusia dan penyelidikan Mueller meningkat.

Pasangan kata ini sebagian besar mewakili kekuatan politik Trump, seperti ekonomi. Temuan lengkap studi ini dipublikasikan di jurnal Nature Communications.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x