GALAMEDIA - Donald Trump menggunakan akun Twitter miliknya untuk mengalihkan perhatian media dari topik yang dapat merusak reputasinya. Demikian dikonfirmasi sebuah penelitian.
Para ahli dari Bristol menganalisis liputan media tentang pemerintahan Trump dalam dua tahun pertama, khususnya terkait penyelidikan Rusia dan Mueller.
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Kamis (12 November 2020) mereka membandingkan ini dengan cuitan Trump mengenai topik lain yang lebih disukainya seperti China, imigrasi, dan lapangan pekerjaan pada saat bersamaan.
Baca Juga: Nyatakan Terorisme Islam Ancaman Internasional, Macron Kutuk Aksi Pembantaian Puluhan Warga Mozambik
Tim mengungkap, semakin banyak laporan Mueller diliput, semakin banyak Trump men-tweet topik lain dan semakin sedikit perhatian media pada penyelidikan keesokan harinya.
“Setiap kali media melaporkan sesuatu yang mengancam atau tidak nyaman secara politik untuk Trump, akunnya semakin banyak men-tweet topik lain yang mewakili kekuatan politiknya,” ujar penulis makalah Stephan Lewandowsky.
Baca Juga: Naik ke Tahap Penyidikan, Polisi Akan Periksa Gisella Anastasia dan Jessica Iskandar
"Pengalihan perhatian sistematis dari topik yang berpotensi merusak dirinya terbukti secara signifikan mengurangi liputan negatif media keesokan harinya," tambah psikolog dari Universitas Bristol itu.
Trump menjadi salah satu pengguna media sosial paling produktif di antara para pemimpin dunia. Sejak awal pencalonannya pada tahun 2015, sekitar 30.000 tweet telah dicuitkan dari akunnya.
Dalam studi mereka, Profesor Lewandowsky dan rekannya berfokus pada dua tahun pertama Trump menjabat. Periode ini mencakup investigasi Robert Mueller terhadap potensi kolusi antara tim Trump dengan Rusia dalam Pilpres AS 2016.
Baca Juga: Lindungi Dari Covid-19, Menkes Ajak Warga Disiplin Jalankan Protokol Kesehatan
Para peneliti menganalisis konten yang berkaitan dengan Rusia dan penyelidikan Mueller di dua media AS, New York Times dan ABC World News Tonight.
Tim memilih kata kunci dari topik yang disukai Trump pada saat itu, 'pekerjaan', 'China' dan 'imigrasi' yang mereka hipotesiskan kemungkinan besar akan muncul dalam “tweet pengalihan”.
Studi menemukan semakin banyak New York Times dan ABC World News Tonight melaporkan penyelidikan Mueller, semakin banyak tweet Trump yang menyebutkan kata kunci tadi.
Baca Juga: Sejumlah Logistik Pilkada Sudah Didistribusikan KPU ke PPK
Hasil studi juga menunjukkan setiap lima berita utama ABC yang berkaitan dengan investigasi Mueller dikaitkan dengan satu dari penyebutan kata kunci dalam cuitan Trump.
Sedangkan dua penyebutan tambahan dari salah satu kata kunci dalam tweet Trump dikaitkan dengan kurang lebih satu penyebutan investigasi Mueller pada New York Times hari berikutnya.
Pola seperti itu tidak muncul pada topik lain yang tidak menimbulkan ancaman bagi Trump seperti Brexit atau isu non-politik seperti sepak bola atau berkebun.
Baca Juga: Sumba Barat Daya NTT Digoyang Gempa Dangkal Magnitudo 5,2
“Tidak jelas apakah Trump atau siapa pun yang mengelola akun Twitter-nya sengaja menggunakan taktik semacam itu atau hanya intuisi,” ujar Profesor Lewandowsky.
“Bagaimanapun, kami berharap hasil ini berfungsi sebagai pengingat yang bermanfaat bagi media bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengatur agenda berita, dengan fokus pada topik yang mereka anggap paling penting, sementara mungkin tidak terlalu memperhatikan ranah Twitter.”
Baca Juga: Andi Arief Bandingkan Soekarno dengan Habib Rizieq, Gus Nadir: Bandingkan Itu Dengan SBY Aja
Studi mencakup analisis yang diperluas dengan mempertimbangkan seluruh kosakata Twitter Trump sebagai sumber pengalihan potensial.
Analisis mengidentifikasi hampir 90 pasang kata lebih yang muncul dalam cuitan Trump ketika liputan tentang Rusia dan penyelidikan Mueller meningkat.
Pasangan kata ini sebagian besar mewakili kekuatan politik Trump, seperti ekonomi. Temuan lengkap studi ini dipublikasikan di jurnal Nature Communications.***