Pahami Suntik 90 Derajat dalam Vaksin Covid-19, Jangan Sampai Tidak Sah, Fatal Akibatnya

- 22 Januari 2021, 14:32 WIB
Ilustrasi suntik vaksin.*
Ilustrasi suntik vaksin.* //Pixabay/LuAnn Hunt/


GALAMEDIA - Vaksinasi Covid-19 sudah berjalan lebih dari satu minggu. Namun, banyak pertanyaan yang beredar di masyarakat bahwa cara vaksinasi Covid-19 suntikannya harus 90 derajat. Jika tidak vaksinasinya tidak sah. Benarkah?

Pertanyaan ini pun timbul karena suntik vaksinasi Covid-19 yang diberikan kepada Presiden Joko Widodo sampai dianggap tidak sah dan mesti iulang. Sebab, penyuntikan kepada orang nomor satu itu, posisinya tidak 90 derajat.

Namun, dikutip galamedia dari berbagai sumber, banyak juga yang membantah tanggapan tersebut. Pasalnya, seorang vaksinator (orang yang melakukan vaksinasi) seharusnya sudah paham betul bagian yang akan disuntikan.

Baca Juga: Tim Gabungan Tak Bosan Ingatkan Masyarakat Untuk Disiplin Terapkan Prokes Covid-19

Poses penyuntikan tak melulu harus 90 derajat. Terutama bila jaringan otot sudah terlihat, vaksinasi dapat langsung dilakukan. Berikut ini penjelasannya.

Seorang dokter, dr. Valda Garcia mengungkapkan tidak semua jenis vaksinasi membutuhkan suntik 90 derajat.

“Jadi tergantung dari vaksinnya, metode penyuntikan yang disarankan apa? Ada yang subkutan, ada yang intrakutan. Nah, prosedur tetap intrakutan atau intramuskular harus 90 derajat,” jelasnya.

Saat melakukan vaksinasi, jarum suntik harus disuntikkan dengan lurus horizontal ke tubuh pasien. Jadi, antara jarum suntik dan lengan pasien yang dalam posisi duduk misalnya, membentuk sudut 90 derajat.

Baca Juga: Stok Daging Cukup untuk Tiga Bulan Kedepan, Para Pedagang Kembali Akan Berjualan Besok

“Kenapa harus 90 derajat? Supaya, cairan vaksinnya kena dan masuk ke otot,” tambah dr. Valda.

Suntikan intramuskular adalah teknik yang digunakan untuk memberikan obat jauh ke dalam otot. Selain vaksin Covid-19, vaksin flu juga disuntikkan ke otot.

Suntikan intramuskular lebih cepat diserap dibanding suntikan subkutan. Karena, jaringan otot memiliki suplai darah lebih banyak dibanding jaringan di bawah kulit. Selain itu, jaringan otot juga bisa menampung lebih banyak cairan obat.

Beberapa area yang menjadi tempat disuntikkannya jarum suntik intramuskular 90 derajat yaitu:

Baca Juga: Lagi, Mensos Risma Pekerjakan para Tunawisma di Perusahaan Plat Merah

- Otot Deltoid (Lengan Atas)
Cara menemukan otot ini adalah dengan meletakkan dua jari dari tulang akromion di lengan atas. Di bawah dua jari, bentuk segitiga terbalik dengan jari, di situlah letak suntiknya. Karena massa otot di bagian ini lebih kecil, cairan obat atau vaksin yang dimasukkan tidak lebih dari 1 mililiter.

- Otot Paha
Cara menentukan area yang lebih spesifik di paha adalah membagi paha menjadi tiga bagian yang sama. Nah, bagian tengah merupakan lokasi suntiknya. Suntikan di bagian tengah paha tersebut harus dimasukkan dari arah luar (samping).

- Otot Ventrogluteal Pinggul
Otot ini merupakan tempat teraman untuk orang dewasa dan anak-anak di atas 7 bulan. Lokasi ini dalam dan tidak dekat dengan pembuluh darah serta saraf utama.

Baca Juga: Usai Bentrokan di Cimanggung, XTC dan Brigez Sepakat Berdamai

- Otot Dorsogluteal pada Bokong
Otot ini dulunya menjadi tempat yang paling sering dipilih tenaga kesehatan. Namun, karena diketahui bisa menimbulkan cedera pada saraf skiatik, otot ventrogluteal pinggul yang akhirnya sering digunakan sekarang.

Berbeda dengan suntik intramuskular atau intrakutan, suntikan subkutan diberikan ke jaringan antara kulit dan otot. Penyerapannya pun lebih lama. Lokasi yang disuntikkan yaitu paha bagian depan, abdomen (area pusar atau 5 cm dari pusar), dan lengan atas.

Selain menggunakan metode 90 derajat, subkutan juga bisa dilakukan dengan sudut 45 derajat ke kulit. Penggunaan sudut ini dilakukan pada pasien yang hanya punya sedikit lemak di tubuhnya.

Risiko Cara Suntik Salah
Studi yang berjudul The Importance of Injecting Vaccines into Muscle menjelaskan efek yang terjadi bila ada kesalahan dalam proses penyuntikan.

Baca Juga: Jelang Akhir Pekan, IHSG Diprediksi Melemah Seiring Koreksi Bursa Saham Asia

Kebanyakan vaksin memang harus diberikan melalui jalur intramuskular ke dalam deltoid atau paha. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan imunogenisitas vaksin dan meminimalkan reaksi merugikan.

Jika sampai salah, misalnya menyuntikkan vaksin ke dalam lapisan lemak subkutan, maka dapat menyebabkan pemrosesan antigen yang lambat. Alhasil, kegagalan vaksin terjadi.

Lalu, studi yang dipublikasikan dalam jurnal The BMJ juga memberikan contoh. Vaksin hepatitis B, rabies, dan influenza yang disuntikkan dengan cara subkutan (padahal harusnya intrakutan), justru dapat menyebabkan kerusakan respons antibodi.

Baca Juga: Ini Dia Sosok Maya Nabila, Mahasiswa Termuda S3 ITB yang Ingin Punya Sekolah

Selain itu, risiko pasien untuk mengalami iritasi, inflamasi, pembentukan granuloma (kelainan jaringan tubuh), dan nekrosis (cedera sel) menjadi tinggi.

Untuk mencegah dampak fatal yang tidak diinginkan, Kementerian Kesehatan RI memberikan formulir KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang berisi informasi kontak.

Pasien bisa menghubungi pihak terkait apabila muncul reaksi negatif pascapenyuntikan vaksin. Lalu, segala tindakan yang dilakukan petugas kesehatan tentunya disesuaikan dengan reaksi yang terjadi. ***

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x