Kisah 6 Eksekusi Mati yang Menghebohkan dan Jadi Perbincangan di Indonesia

- 20 Januari 2022, 12:05 WIB
Ilustrasi eksekusi mati oleh algjo yang dilakukan secara sadis
Ilustrasi eksekusi mati oleh algjo yang dilakukan secara sadis /ANTARA

Baca Juga: Kominfo Luncurkan 620pedia: Indonesia Satu-satunya Negara Berkembang di Asia Tenggara yang Masuk G20

3. Suradji (Dukun AS)

Bagi warga Sumatera Utara, Suradji bukan sembarang orang. Ia, yang biasa akrab disapa Dukun AS, adalah tersangka pembunuhan berantai dengan korban tewas sebanyak 42 orang. Semua korbannya perempuan.

Aksi keji itu ia lakukan dalam kurun waktu 1986-1994 di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Motif pembunuhan didasari klaim Suradji atas wangsit dari mendiang ayah yang memerintahkannya untuk membunuh 70 perempuan agar jadi sakti mandraguna.

Suradji tertangkap pada 1 Mei 1997, setelah itu ia divonis mati oleh Pengadilan Negeri Lubuk Pakam, Deli Serdang, kuasa hukum Dukun AS mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung tiga tahun kemudian.

Baca Juga: Klarifikasi Arteria Dahlan: Pernyataan Dipelintir, Saya Tidak Mengatakan Memakai Bahasa Sunda Kejahatan

Upaya kasasi itu ditolak. Pada 2004, dibantu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Dukun AS melayangkan grasi ke presiden. Hasilnya: grasi ditolak pada 27 Desember 2007.

Upaya hukum yang diajukan tim Dukun AS pada akhirnya sia-sia.

Pada 10 Juli 2008, tiga peluru dari Brigadir Mobil (Brimob) Polda Sumatera Utara menembus dadanya. Dukun AS tewas di tempat.

4. Rio Alex Bullo (Rio Martil)

Pelaku pembunuhan berantai kurun 1997-2001, Rio Alex Bullo alias Rio Martil menghembuskan nyawa terakhir di depan regu tembak pada 7 Agustus 2008.

Dia ditembak mati di tempat yang dirahasiakan di sebuah desa kecil di sekitar Purwokerto, Jateng. Sebelumnya, dia mendekam di LP Pasir Putih di Pulau Nusakambangan, Cilacap.

Aksi brutal Rio dilakukan dengan bermodal martil. Perbuatan Rio itu membuat dirinya mendapat julukan 'Rio Martil'.

Julukan Rio Martil itu muncul karena dirinya menghabisi nyawa para korban dengan memukul kepala korban menggunakan martil.

Baca Juga: One Piece: Bukan Noland, Inikah Raja Bajak Laut Pertama?

Rio menghidupi dirinya dengan menjual surat-surat kendaraan palsu.

Setelah menikah, dia beralih pekerjaan sebagai pencuri mobil, sedangkan pada istrinya dia mengaku berjualan pakaian.

Pada 12 Januari 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di Baturaden, Banyumas. Dia menggondol sedan Timor milik Jeje yang disewanya dari Bandung.

Ini merupakan akhir petualangan pembunuh brutal ini. Hotel prodeo menjadi tempat tinggalnya setelah dijatuhi hukuman mati pada 2001.

Ketika mendapat hukuman maksimal itu, Rio bertekad untuk bertobat. Pada Agustus 2004, Rio dipindahkan ke Nusakambangan.

Namun dalam hotel prodeo pun Rio tetap belum bertobat, ia menghabisi kepala guru mengajinya  ke tembok sel, tanpa sang martil maut.

Dengan catatan kelam Rio, akhirnya timah panas tim eksekutor menembus dadanya pada 8 Agustus 2008 dini hari.

Jenazah Rio Alex Bulo dimakamkan di TPU Desa Kejawar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x