PM Israel Gagal Yakinkan Pangeran Mahkota Saudi, Trump Utus Jared Kushner demi Catatan Historis

30 November 2020, 14:48 WIB
/Tim Galamedia/

GALAMEDIA - Kurang dari delapan pekan sebelum menyerahkan kekuasaan pada presiden terpilih Joe Biden, Presiden AS Donald Trump mengutus sang menantu, Jared Kushner untuk bertemu Pangeran Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS).

Kushner terbang menuju Arab Saudi dan Qatar minggu ini dengan misi  mendorong lebih banyak negara untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Sebelumnya PM Israel Benjamin Netanyahu diklaim media Israel untuk pertama kali melakukan pembicaraan dengan MBS di Neon. Normalisasi raksasa minyak Arab "sekelas" Saudi bakal menjadi catatan historis bagi Trump.

Baca Juga: Hama Ulat Grayak Mulai Serang Tanaman Jagung di Kecamatan Cileunyi

Selain berada di balik normalisasi Israel dengan sejumlah negara Arab, Kushner juga menjadi salah satu penggagas pindahnya kedubes AS ke Yerusalem.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Senin (30 November 2020) perjalanan  dilakukan beberapa hari setelah  ilmuwan nuklir Iran tewas di dekat Teheran dalam eksekusi  yang dilakukan pasukan intelijen Israel, Mossad.

Baca Juga: Bima Arya Cabut Laporan Terhadap RS Ummi, Kapolda Malah Bilang Begini

Upaya diplomatik Kushner yang juga penasihat Trump dipandang sebagai upaya terbaru untuk menarik negara-negara Timur Tengah agar lebih dekat dengan Israel di tengah pengaruh Iran yang kian meningkat.

Kushner dan MBS dianggap memiliki kedekatan khusus. Saking dekat keduanya dikabarkan  biasa berkomunikasi lewat jalur personal lewat WhatsApp.

Baca Juga: Ditanya Karni Ilyas Soal Ngabalin Dipisahkan dari Edhy Prabowo, Novel Baswedan: Saya Tak Bisa

Seorang pejabat senior pemerintahan Trump kepada Reuters kemarin mengatakan   Kushner akan bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman di Kota Neom.

Pertemuan dengan Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, emir Qatar, juga akan berlangsung di tempat yang sama.

Kushner bersama Ivanka Trump dan ketiga anak mereka, Theodore, Joseph dan Arabella tiba dengan Marine One di Gedung Putih bersama Trump akhir pekan ini setelah menghabiskan Thanksgiving di Camp David.

Baca Juga: Madu Untuk Kesehatan Gigi dan Mulut

Utusan Timur Tengah Avi Berkowitz dan Brian Hook akan bergabung dengan Kusher dalam perjalanan kali ini. Begitu pun  Adam Boehler, kepala eksekutif Perusahaan Keuangan Pembangunan Internasional AS.

Sejak Agustus, Kushner ikut  membantu kesepakatan normalisasi Israel dengan Sudan, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.

Lima hari sebelum pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh, yang diyakini sebagai arsitek program bom nuklir Iran, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terbang ke Arab Saudi dan bertemu dengan MBS seperti diungkap  pejabat Israel.

Baca Juga: Soal Privasi Hasil Swab HRS, Kapolda : Apa yang Dilakukan Pemerintah dan Polisi Diatur dalam UU

Pertemuan  antara  pemimpin tingkat tinggi Saudi dan Israel ini menjadi yang pertama. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga ikut  dalam pertemuan. Tapi Saudi hasilnya tidak seperti yang diharapkan.

Minggu lalu Kushner bertemu menteri luar negeri Kuwait Sheikh Ahmad Nasser Al-Mohammad Al-Sabah.

Kuwait dipandang sebagai negara  regional Arab yang dapat menjembatani keretakan  antara Qatar dan negara-negara lain dari Dewan Kerja Sama Teluk yaitu UEA, Arab Saudi, Bahrain dan Oman.

Baca Juga: Sebanyak 2.200 Paket Beras Disalurkan ke Warga Terdampak Covid-19 di Tasikmalaya

Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan UEA memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar pada 2017 dan melembagakan boikot atas tuduhan bahwa Qatar mendukung terorisme, yang dibantah oleh negara tersebut.

Upaya diplomatik AS di Timur Tengah terus berlanjut karena pemerintahan Joe Biden diperkirakan akan bergabung kembali dalam  kesepakatan nuklir Iran melalui Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang mulai berlaku pada 2015.

Biden berencana  memulihkan kesepakatan jika Iran setuju dengan kepatuhan aturan nuklir yang ketat.

Baca Juga: Selebgram Cantik Ini Tewas mengenaskan Usai Loncat dari Lantai Empat

Kesepakatan JCPOA sebelumnya dinilai  sebagai pencapaian kebijakan luar negeri Presiden Barack Obama. Iran dengan ketat membatasi ambisi nuklirnya selama satu dekade dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi yang selama ini memiskinkan banyak warganya.

Namun di bawah Trump, Amerika mundur dari JCPOA pada tahun 2018 dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran.

Dua tahun kemudian, Iran  melanjutkan pengayaan uranium dan meningkatkan persediaan bahan bakar nuklirnya.

Baca Juga: Serangan Barbar Boko Haram, 110 Warga Tak Berdosa Tewas dengan Kepala Terpisah dari Tubuh

Israel saat ini menjadi satu-satunya negara Timur Tengah yang memiliki senjata nuklir. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan  program nuklir negaranya akan berlanjut setelah pembunuhan Fakhrizadeh.

Rouhani juga bersumpah akan membalas dendam atas pembunuhan  yang diklaim dilakukan tim pembunuh beranggotakan 12 orang di bawah arahan Mossad, badan intelijen utama Israel.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail

Tags

Terkini

Terpopuler