Diungkap WP: Seperti 'Raja Gila' Trump Gumamkan Aku Menang-Aku Menang-Aku Menang Sejak Kalah Pilpres

3 Desember 2020, 10:45 WIB
Twitter umumkan Donald Trump akan kehilangan hak istimewa terhadap akunnya jika dirinya lepas jabatan sebagai Presiden AS. /pixabay

GALAMEDIA - Kurang dari 50 hari hingga Joe Biden dilantik sebagai Presiden AS ke-46, sikap Donald Trump saat ini disebut layaknya “Mad King (Raja Gila) George III”.

Tak menerima kekalahan dalam pemilihan presiden 3 November lalu, Trump kerap bergumam “Aku menang, aku menang, aku menang, aku menang.” Demikian diungkap seorang penasihat dekat dan ajudannya.

Baca Juga: Sempat Stagnan, Krus Rupiah Dibuka Melemah dan IHSG Dibanyangi Aksi Ambil Untung

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Kamis (3 Desember 2020) seolah menguatkan apa yang diyakininya, Trump mendapat dukungan dari loyalisnya seperti pengacara pribadi  Rudy Giuliani dan Sidney Powell.

Seperti dilaporkan The Washington Post (WaPo), keduanya menjadi orang yang dihubungi Trump karena ‘hanya mereka yang memberi Trump apa pun yang ingin didengarnya'.

Baik Trump maupun pengacara pribadinya, Rudi Giuliani berulang kali mengklaim Demokrat memalsukan surat suara untuk mencuri hasil pemilu dari Republik.

Baca Juga: Cetak 750 Gol di Sepanjang Karier, Ini yang Diucapkan Ronaldo pada Pelatih, Pemain dan Lawan

Baru-baru ini saat Thanksgiving, kepada para staf pembantunya, Trump lagi-lagi meminta dukungan, “Menurut kalian apakah hasil pemilu dicuri Demokrat?”

Perilaku Trump ini mengingatkan sumber WaPo pada Raja Inggris George III yang dijuluki “Raja Gila” setelah menderita mania selama masa pemerintahannya.

Raja Goerge III juga dikenang sebagai raja yang kehilangan koloni di Amerika. Ia  menderita serangan penyakit yang serius pada 1788-89 dan sekali lagi pada 1801. George menjadi “gila permanen” pada 1810.

Baca Juga: Politisi PDIP Minta Polisi Tindak Tegas Para Pendukung Habib Rizieq Shihab

Dan hari ini Gedung Putih merilis video berdurasi 46 menit berisi klaim kecurangan pemilu dari Trump.

Sebelumnya dalam wawancara Fox News: Sunday Morning Futures, Trump mengklaim bahkan  Democrats percaya terjadi kecurangan dalam pemilu kali ini.

Di hari-hari awal setelah pilpres, penasihat Trump dikatakan “dengan senang hati” mengiyakan apa pun yang Trump simpulkan.  

Apalagi jajak pendapat  versi John McLaughlin menunjukkan tingkat persetujuan publik yang tinggi dan sebagian besar pemilih disebut  mengaku empat tahun terakhir memberi kemajuan.

Para ajudan pun dibuat sibuk mencari siapa pun yang bersedia menyatakan bahwa pemilu diwarnai kecurangan dan Demokrat mencuri kemenangan Trump pada  konferensi pers.

Baca Juga: Basoeki : Floodway Sungai Cisangkuy Bisa Kurangi Luasan Banjir di Kabupaten Bandung jadi 2.761 Ha

Sebuah sumber mengatakan ajudan sampai menegaskan, “Siapa pun yang mau menemui publik dan mengatakan mereka mencurinya, tampilkan!”

Beberapa saat setelah Associated Press mengumumkan Biden memenangi pilpres pada 9 November, Giuliani menggelar konpers di Philadelphia bersama  segelintir pengamat jajak pendapat untuk menyatakan “sesuatu yang mencurigakan sedang terjadi”.

Empat hari kemudian pada 13 November, Giuliani bersama loyalis dan pengacara Trump lainnya, Jenna Ellis menjadi duo pembela hukumnya.

Baca Juga: Liga Champions: Griroud Bayar Kapercayaan, Cukur Sevilla FC dengan Quarter Golnya

WaPo yang mengatakan mendapat keterangan dari 32 sumber dekat presiden, juga mengonfirmasi, Trump membuat menantu laki-lakinya, Jared Kushner menelepon bos besar Fox News, Rupert Murdoch pada malam pemilihan. Trump murka karena Fox News menyatakan Arizona menjadi milik Biden.

Salah seorang sumber mengatakan, “Dia meneriaki semua orang.. 'Apa-apaan ini? Kita seharusnya memenangkan Arizona. Apa yang sedang terjadi?'”

Baca Juga: Liga Champions: Dortmund Lolos ke Fase Grup, Lazio dan Brugge Akan Saling Hajar

Dan menjelang pemilihan, terkait rivalitasnya dengan Biden,  Trump  mengatakan, “Kalah dari orang seperti ini memalukan bukan?"

Pada 23 November melalui akun Twitter Trump sempat mengisyaratkan dirinya menerima kekalahan dengan mengarahkan timnya untuk bekerja sama dalam masa transisi.

Meski demikian  Trump masih menolak menyerah dan bersumpah untuk  terus berjuang di pengadilan.

Hingga kini Trump masih belum menyerah pada Biden, meskipun beberapa negara bagian telah mengesahkan hasil kemenangan Biden.

Baca Juga: Petamburan 'Dikepung' Brimob, Netizen Singgung Prabowo Soal Deklarasi Kemerdekaan Papua Barat

Dan sekarang hampir setiap hari Trump mencuitkan tudingan penipuan besar-besaran dan kecurangan Demokrat untuk mencuri hasil pilpres.

Minggu lalu jumlah suara Biden melewati angka 80 juta. Menanggapi ini, Trump mengatakan Amerika tidak akan pernah lagi memiliki presiden, senator, atau perwakilan Republik jika mereka membiarkan Demokrat lolos dengan kemenangan pada pilpres 2020.

Trump juga menyebut Demokrat kini tahu persis bagaimana mencurangi pemilu dan mulai saat ini akan terus unggul.

Baca Juga: Anak Jusuf Kalla Laporkan Mantan Politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean ke Bareskrim

Mengenai sikap Trump yang dianggap sebagian tak masuk akal, mantan direktur komunikasi Gedung Putih Anthony Scaramucci mengatakan, “Anda harus benar-benar harus memahami psikologi Trump.”

“Gejala klasik outsider Trump membuatnya memerlukan konspirasi. Bahwa semua terjadi bukan karena kekuranganku, tapi ada komplotan rahasia yang melawanku. Itu sebabnya dia rentan terhadap teori konspirasi.”

Baca Juga: Ini Arti dan Makna Asmaul Husna Al Hadi, Al Badi, dan Al Baqi, Yuk Pahami dan Amalkan

Sementara itu, pekan lalu Trump tiba-tiba mengatakan Biden harus membuktikan dia mendapat semua suara secara legal sebelum bisa menjabat.

“Biden hanya dapat memasuki Gedung Putih sebagai pjika dia dapat membuktikan bahwa 80.000.000 suaranya yang konyol itu tidak diperoleh secara curang atau ilegal,” ujarnya melalui Twitter.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail

Tags

Terkini

Terpopuler