Bukan Vaksin Nusantara, BPOM Gencar Promosikan Jamu Nusantara: Di Masa Pandemi Terjadi Lonjakan Permintaan

10 September 2021, 09:05 WIB
Ilustrasi. BPOM promosikan Jamu Nusantara. /Pemprov Jateng

 

GALAMEDIA - Bukan Vaksin Nusantara, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terus mempromosikan jamu nusantara.

Dalam situs pom.go.id dikutip, Jumat, 10 September 2021, disebutkan, jamu nusantara sebagai warisan budaya perlu mendapat perhatian serius semua pihak, termasuk pemerintah.

Tidak hanya terbukti secara turun menurun mampu memelihara kebugaran tubuh, tapi juga harus memenuhi aspek keamanan, khasiat, dan mutunya.

Selain itu, promosi jamu harus terus ditingkatkan agar dikenal luas dan diminati masyarakat lintas generasi.

Untuk mendorong kelestarian jamu nusantara, Badan POM menggelar Webinar "Mengenal Jamu Nusantara: Eksplorasi Obat Tradisional Berbahan Alam Indonesia" secara online pada Rabu, 8 September 2021.

Baca Juga: Tak Singgung Vaksin Nusantara, Anggota DPR RI Ini Sentil Luhut Soal Vaksin Merah Putih: Ini Harus Didorong!

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik Badan POM, Reri Indriani menyampaikan potensi jamu nusantara sangat besar, mengingat Indonesia memiliki kekayaan tanaman obat dan ramuan jamu dari berbagai suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

"Kearifan lokal dalam rangka pengobatan berdasarkan etnis budaya masyarakat lokal atau etnomedisin, termasuk jamu, merupakan warisan bangsa Indonesia yang bernilai tinggi, sehingga perlu dijaga dan dilestarikan," ajaknya.

Data Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA) 2012, 2015, dan 2017 oleh Kementerian Kesehatan menyebutkan terdapat 32.013 ramuan obat tradisional dan 2.848 spesies tumbuhan bahan obat tradisional.

Banyaknya ragam jamu nusantara ini membuktikan masyarakat Indonesia menggunakan ramuan tradisional untuk menjaga kesehatan, pengobatan, dan perawatan tubuh, baik dalam bentuk sediaan yang sederhana seperti seduhan, maupun dalam bentuk modern seperti kapsul dan tablet.

Namun demikian, sangat disayangkan sebagian orang hanya mengenal jamu sebatas beras kencur, kunyit asam, dan meniran. Padahal setiap daerah memiliki ragam jamu yang diwariskan nenek moyang mereka.

Sebagai contoh Indonesia bagian Barat, Pulau Jawa dikenal dengan jamu untuk kebugaran yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat, mulai dari masa kehamilan, anak bayi, balita, remaja, sampai dewasa. Sedangkan di Sumatera, banyak diproduksi minyak gosok dari tanaman kearifan lokal.

Bergeser ke Indonesia bagian Tengah, Bali sangat banyak jamu kearifan lokal yang juga digemari oleh turis, seperti minyak aroma terapi, minyak balur, lulur tradisional, boreh, minuman loloh, dan sebagainya. Sedangkan masyarakat Dayak juga terkenal dengan ramuan tanaman khas yang hanya tumbuh di Kalimantan.

Tidak kalah, di Indonesia bagian Timur terdapat beragam jamu yang merupakan hasil pemanfaatan bahan alam setempat.

Contohnya adalah rumput laut di Mataram, pengolahan minyak kayu putih di Maluku, pemanfaatan tanaman asli Papua yaitu buah merah, sarang semut, dan kayu akway, serta Sulawesi dengan pengolahan minyak kelapa menjadi Virgin Coconut Oil atau minyak gosok herbal.

Di samping itu, jamu merupakan bentuk transformasi nilai tambah rempah, yang dapat meningkatkan derajat kesehatan penggunanya, serta berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Ditambah lagi, aspek positif tren 'back to nature' pada kondisi pandemi COVID-19 telah menyebabkan lonjakan permintaan masyarakat terhadap jamu dan sangat berpotensi menjadi komoditas andalan ekspor," lanjut Reri Indriani.

Baca Juga: Kabar Megawati Dilarikan ke RS Hingga Koma Dibantah Ruhut Sitompul, Ali Syarief Sarankan Rilis Video

Untuk itu, menurut Reri Indriani, dokumentasi ramuan etnomedisin merupakan hal penting yang harus dilakukan sebagai data bukti keamanan jamu nusantara secara empiris.

Terbatasnya dokumentasi pengobatan empiris Indonesia dari berbagai suku menjadi kendala dalam pembuktian jamu secara empiris.

Oleh karena itu, Badan POM menginisiasi pengembangan produk dan penelusuran data penggunaan empiris melalui rangkaian kegiatan Sarasehan Jamu Nusantara: Napak Tilas Jejak Empiris Obat Tradisional Berbahan Alam Indonesia. Kegiatan webinar hari ini merupakan pembuka dari rangkaian kegiatan tersebut

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat dapat semakin mengenal jamu nusantara. Apa lagi dengan adanya kehadiran public figure yang gemar mengonsumsi dan mengampanyekan minum jamu.

"Semoga webinar ini memberikan langkah-langkah konkret untuk dapat melestarikan, memajukan, dan mengembangkan jamu sebagai warisan budaya dan penggerak perekonomian Bangsa Indonesia," tutup Reri.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler