Tiga Peluru Ditembakan, 6 Nyawa Melayang: 'Jangan Hanya Cari Pembenaran Tapi Kebenaran'

- 9 Desember 2020, 06:54 WIB
Ilustrasi penembakan yang dilakukan oleh polisi terhadap 6 laskar FPI.
Ilustrasi penembakan yang dilakukan oleh polisi terhadap 6 laskar FPI. /pixabay.com/stevepb


GALAMEDIA - Kejanggalan baru muncul terkait insiden berdarah penembakan 6 anggota Laskar FPI saat mengawal Habib Rizieq Shihab di Tol Jakarta Cikampek Km 50 Senin 7 Desember 2020 dini hari.

Sebanyak 6 anggota FPI tewas dalam tragegi itu. Mereka belakangan diketahui bertugas melakukan pengawalan terhadap Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab. Polisi menyatakan mereka berusaha menyerang aparat yang menguntitnya dengan senjata api dan tajam.

Terkait hal ini Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun berbagi pendapatnya. Menurutnya ada sejumlah kejanggalan atas peristiwa yang berlangsung di jalan tol tersebut.

Dari sana, publik tentu penasaran, siapa sebenarnya yang tengah memberi keterangan palsu dan benar.

Baca Juga: Dokumen 'Rahasia' Kasus Korupsi Mensos Juliari Batubara Ditemukan KPK, Terendus Banyak Hal-hal Baru

“Sebenarnya siapa yang beri keterangan tak benar nanti akan terlihat, karena mereka harus tutupi informasi yang tidak benar dengan terus menerus,” kata Refly di kanal Youtube Refly Harun dikutip Rabu 9 Desember 2020.

Refly pertama-tama menyinggung soal 6 jasad meninggal anggota Laskar Khusus FPI yang sempat dikuasai Polisi.

“Padahal ini adalah golden momen untuk mengetahui luka-luka yang ada,” kata dia.

Lebih jauh, Refly lantas menyinggung apakah ini sesuai prosedur atau tidak. Sebab sejauh ini publik masih menanti teka-teki, apakah benar ada insiden baku tembak atau tidak.

Sebab Refly mencium aroma aneh jika yang terjadi baku tembak atau tidak sekalipun.

“Ada tiga peluru yang ditembakkan (dari Laskar FPI), tapi 6 yang meninggal. Entahlah, ini terasa aneh. Artinya kalau benar ada tembak menembak, peluru yang ditembakkan petugas jauh lebih banyak dari Laskar FPI,” katanya.

Baca Juga: FPI Beberkan Identitas 6 Korban Penembakan Anggota Polisi, Termuda Kelahiran Tahun 2000

Pertanyaan berikutnya, kata Refly, apakah ini benar ada pada situasi yang mengancam atau sebaliknya. Untuk hal ini, dia tentu menghormati proses yang ada. Namun aparat tentu dituntut untuk terang benderang.

Hal lain yang jadi catatannya, adalah titik fokus masalah ini. Menurut Refly, seolah aparat tengah membangun fokus dan opini soal penyerangan Laskar FPI terhadap petugas.

Sehingga dengan begitu bisa dikesampingkan rasa sisi kemanusiaan dan humanismenya atas tragedi 6 anggota Laskar FPI yang meninggal ditembak.

“Jadi korban jiwa tak dipentingkan sepertinya, itunya saja yang diselidiki pihak Kepolisian, bahkan dengan berusaha menangkap 4 orang yang melarikan diri. Padahal 4 orang itu juga bisa jadi saksi kunci yang bisa jelaskan di lokasi, apakah memang terjadi yang diberitakan,” katanya lagi.

Baca Juga: Orang Tua Korban Penembakan Tantang Polisi Mubahalah, 'Nanti Siapa yang Dilaknat Allah SWT'

Refly berharap ke depan atas kasus 6 anggota Laskar FPI yang meninggal karena ditembak ini, dapat dibentuk tim independen. Di mana tim ini dianggap perlu diumumkan atau diutus oleh Presiden.

Ini penting untuk mengungkap misteri Km 50 tol Japek secara terang benderang. Jangan sampai, kata dia, usai dibuat kehilangan nyawa, dibuat lagi narasi-narasi yang justru menjadi tak adil bagi salah satu pihak.

“Maka itu perlu ada tim independen, yang berwibawa, profesional untuk ungkap kasus ini. Jangan yang hanya cari pembenaran tapi kebenaran.”***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x