Picu Kekhawatiran, Empat Orang Penerima Vaksin Pfizer Alami Kelumpuhan Wajah

- 9 Desember 2020, 14:18 WIB
Inggris akan melakukan imunisasi masal untuk menggunakan vaksin Pfizer sebagai pencegah penularan covid-19
Inggris akan melakukan imunisasi masal untuk menggunakan vaksin Pfizer sebagai pencegah penularan covid-19 /Antara News/

GALAMEDIA - Empat orang yang mendapat vaksin virus korona Pfizer dalam uji coba perusahaan ternyata menderita Bell's palsy atau kelumpuhan wajah sementara.

Demikian diungkap laporan regulator Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, Rabu (9 Desember 2020).

Menyusul laporan FDA AS, muncul kekhawatiran di Inggris mengenai efek vaksin. Tapi pihak regulator kesehatan Inggris menepis ketakutan dengan menyebut empat orang yang terkena Bell's palsy dari 22 orang yang divaksin merupakan angka moderat.

Selain itu, dikutip Galamedia dari DailyMail, FDA mengatakan belum jelas apakah benar vaksin tersebut yang menyebabkan Bell's palsy atau ada penyebab lainnya.

Baca Juga: Perkuat Integrasi Logistik, Industri Halal RI Bisa Jago di Kancah Global

Meski demikian FDA memperingatkan dokter untuk  memperhatikan efek samping. Selain itu, FDA juga meminta Pfizer memantau berapa banyak orang yang terkena serangan serupa.

Sejauh ini tidak ada yang tahu apa sebenarnya penyebab Bell's palsy, yang sebagian besar sembuh dengan sendirinya. Dan ini bukan pertama kalinya kelumpuhan wajah dikaitkan dengan vaksin.

Para ilmuwan pun menyatakan suntikan tidak memicu Bell’s palsy kecuali dalam satu kasus. Yaitu  injeksi vaksin flu Swiss yang dijual selama musim flu 2001-2002. Vaksin dimaksud pun langsung ditarik dari peredaran.

Baca Juga: Tak Kunjung Diperbaiki, Warga Cibatu Tanam Pohon Pisang di Lubang Jalan  

FDA mengatakan jumlah kasus Bell's palsy dalam uji coba vaksin Pfizer 'konsisten dengan frekuensi yang dilaporkan dalam kelompok dengan tingkat latar belakang yang diharapkan pada populasi umum.’

Tetapi  tidak ada dasar yang cukup jelas untuk menyimpulkan hubungan kausal antara vaksin Pfizer dengan kasus Bell’s palsy dimaksud. Yang pasti kasus-kasus serupa akan tetap dicermati.

Di antara empat orang yang menderita Bell's palsy dalam kasus Pfizer ini, salah satunya mengalami kelumpuhan atau kelemahan otot wajah tiga hari setelah menerima suntikan.

Baca Juga: Pilkada Serentak 2020 Hari Ini Jadi Sorotan Media Asing, 'Bersikeras Digelar di Masa Pandemi'

Namun wajah kembali normal sekitar tiga hari setelah itu. Sedangkan orang yang kedua yang mengalaminya mulai merasakan gejala   sembilan hari setelah menerima suntikan.

Sementara dua lainnya 37 dan 48 hari setelah vaksinasi. Masing-masing dari ketiganya sembuh dari kelumpuhan wajah dalam 10 hingga 21 hari.

Bell's palsy datang tiba-tiba dan tampak  seperti stroke. Kebanyakan ditandai satu sisi wajah yang kaku  dan otot menjadi lemah. Dalam kasus yang jarang terjadi, kedua sisi wajah bisa  lumpuh sementara.

Baca Juga: China dan Nepal Umumkan Gunung Qomolangma 8.848,6 Mdpl jadi Puncak Gunung Tertinggi di Dunia

Beberapa orang juga menjadi lebih sensitif terhadap suara, biasanya di telinga sesuai dengan sisi wajah yang kaku. Yang lain kehilangan indera perasa, sakit kepala atau mengalami nyeri di sekitar rahang atau telinga sisi kepala yang terkena serangan.

Bell's palsy yang juga dikenal dengan  cute peripheral facial palsy  sejauh ini penyebabnya tidak diketahui. Seperti yang dijelaskan namanya, dokter tidak tahu persis apa penyebabnya.

Bell’s palsy dapat menyerang di usia berapa pun dan berlangsung selama berminggu-minggu, tapi hampir selalu hilang dengan sendirinya dalam hitungan minggu atau berbulan-bulan. Jadi tidak ada perawatan khusus.

Baca Juga: Gajian Sudah Tiba? Promo Bombastis Menanti di Shopee Gajian Sale!

Ada beberapa pola penyebab Bell's palsy, di antaranya serangan kerap  terjadi pada wanita hamil, terutama selama trimester ketiga atau setelah melahirkan.

Orang dengan diabetes juga lebih rentan terhadap Bell's. Infeksi saluran pernapasan atas, seperti pilek atau flu juga merupakan faktor risiko.

Sebagai infeksi saluran pernapasan, ada kemungkinan COVID-19 menjadi faktor risiko Bell's palsy. Kelumpuhan wajah dilaporkan terjadi pada tiga pasien COVID-19 di Brasil, setidaknya satu orang di China, seorang wanita hamil di Portugal, dan sejumlah pasien India.

Baca Juga: Pasca Pilkada, Masyarakat Kabupaten Bandung Harus Kembali Bersatu dan Sabilulungan

Bell's palsy diperkirakan terjadi ketika pembengkakan dan peradangan menekan satu atau lebih saraf wajah, menyebabkan pasien kehilangan kendali atas otot-otot tersebut.

Infeksi, termasuk flu, adenovirus (penyebab umum flu biasa), mono, cacar air atau herpes zoster, virus herpes, rubella, dan penyakit tangan-kaki-dan-mulut, semuanya telah dikaitkan dengan Bell's.

Ilmuwan menduga  peradangan menjadi pemicu yang pada gilirannya dapat menyebabkan kelumpuhan sementara.

Ada juga laporan sporadis yang mencurigai beberapa virus tidak aktif yang digunakan dalam vaksin untuk mencegahnya menyebabkan Bell's palsy.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x