Gunakan Sel Janin Hasil Aborsi, Vaksin Johnson & Johnson Tuai Fatwa Baru

- 4 Maret 2021, 19:48 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /Pixabay/Torstensimon

GALAMEDIA - Para pemimpin Katolik Roma di St Louis dan New Orleans menyatakan vaksin COVID-19 dari Johnson & Johnson hanya 'dapat dikompromikan secara moral' selama tidak ada alternatif lain.

Sebelumnya umat Katolik disarankan untuk tidak menggunakannya karena meski hanya memerlukan satu kali suntik, vaksin Johnson & Johnson diproduksi menggunakan sel janin yang diaborsi.

Baca Juga: Berawal dari Hobi, Bisnis Miniatur Kereta Api Milik Edi Bisa Raup Puluhan Juta Rupiah dalam Sebulan

Dikutip Galamedia dari DailyMail, fatwa terbaru Keuskupan Agung New Orleans kini menyebut keputusan untuk vaksinasi dengan Johnson & Johnson adalah keputusan pribadi sesuai hati nurani masing-masing individu.

Dalam pernyataannya pekan ini mereka menambahkan umat Katolik wajib memilih vaksin virus corona yang dibuat oleh Moderna atau Pfizer  jika memang tersedia.

Keuskupan Agung St Louis awal pekan ini mendorong umat Katolik untuk menggunakan vaksin Pfizer atau Moderna dan menghindari versi Johnson & Johnson jika memungkinkan.

Baca Juga: Heboh Jokowi Ajak Benci Produk Asing, Mendag M Lutfi Ungkap Presiden Sedang Marah-marah

Seperti Keuskupan Agung New Orleans, pernyataan St Louis menyebut vaksin Johnson & Johnson 'dapat dikompromikan secara moral'.

Namun, pernyataan St Louis menekankan bahwa umat Katolik bisa menggunakannya sesuai hati nurani jika tidak ada alternatif lain yang tersedia.

Selasa malam, terkait doktrin dan aborsi ketua komite Konferensi Waligereja Katolik Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali aspek moral dalam vaksinasi di masa pandemi.

Baca Juga: Jokowi Gaungkan Benci Produk Luar Negeri, Roy Suryo Dibuat Geram: Kita Tut Wuri Handayani Saja

Dikatakan Pfizer atau Moderna tetap bisa menjadi pilihan jika seseorang memiliki kemampuan untuk memilih vaksin.

Meskipun tidak mempermasalahkan tanggapan gereja mengenai garis sel janin aborsi dalam produksinya, pihak Johnson & Johnson mengeluarkan pernyataan yang menekankan bahwa tidak ada jaringan janin dalam vaksinnya.

Mereka menambahkan perusahaan menggunakan garis sel hasil rekayasa yang memungkinkan percepatan produksi vaksin dalam memerangi penyakit menular paling berbahaya.

Meski demikian Johnson & Johnson tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang prosesnya.

Baca Juga: Warga dan Mahasiswa Kepung Gedung DPRD Kabupaten Tasikmalaya, Tuntut Tambang Pasir Leuweung Keusik Ditutup

Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson dibuat menggunakan adenovirus, yaitu virus flu yang tidak berbahaya. Proses teknologi yang sama digunakan untuk menghasilkan vaksin Ebola yang terbukti sukses.

Adenovirus tumbuh menggunakan apa yang disebut garis sel mortal. Virus kemudian ditarik keluar dan dimurnikan.

Beberapa jenis garis sel yang dibuat beberapa dekade dengan menggunakan jaringan janin diakui telah digunakan secara luas dalam pembuatan obat-obatan medis.

Tetapi sel-sel saat ini merupakan klon dari sel-sel awal, bukan jaringan aslinya.

Baca Juga: Jupe Siap Bersaing dengan Dua Bek Muda Persib

Konferensi Waligereja Katolik Amerika Serikat dalam pernyataan bulan Januari menyebut garis sel yang merupakan turunan jaringan janin aborsi digunakan untuk menguji vaksin Moderna dan Pfizer, tetapi tidak dalam pengembangan atau produksinya.

Pernyataan Keuskupan Agung memperbarui diskusi agama tentang vaksin dan penggunaan sel yang diturunkan dari janin aborsi aborsi.

Baca Juga: Tak Hanya Deng Jia Xi, Hari Paling Berdarah di Myanmmar, Penangkapan hingga 38 Orang Tewas

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x