Tanggapi Isu Pengeboman Gereja Katedral di Makassar, Rocky Gerung: Terorisme Merupakan Alat dari Kekuasaan

- 29 Maret 2021, 17:45 WIB
Rocky Gerung.
Rocky Gerung. /Tangkapan layar YouTube.

GALAMEDIA - Pengeboman gereja katedral di Makassar pada Minggu, 28 Maret 2021, menjadi topik panas pembicaraan di kalangan masyarakat Indonesia.

Banyak orang yang mengutuk peristiwa tersebut, serta menganalisis sebenarnya apa yang terjadi dibalik itu semua.

Salah satu tokoh, ahli filsuf sekaligus pengamat politik, Rocky Gerung, turut angkat bicara menanggapi peristiwa tersebut.

Dilansir Galamedia dari YouTube Rocky Gerung Official pada Senin, 29 Maret 2021, Rocky menuturukan analisisnya.

Baca Juga: Moeldoko Yakini Sudah Benar Jadi Ketum Demokrat: Itu Demi Selamatkan Cita-cita Indonesia Emas 2045

Rocky menilai banyak pendapat publik yang menuturkan, bahwa peristiwa tersebut adalah semacam pengalihan isu terhadap penyelesaian kasus Habib Rizieq Shihab.

"Ada semacam pancing-memancing untuk menutupi isu yang sedang berlangsung hari-hari ini soal Habib Rizieq misalnya," ujar Rocky.

Selain itu banyak publik yang berpikiran bahwa peristiwa tersebut adalah rekayasa dari kekuasaan, guna mempertahankan atau menaikkan elektabilitasnya.

Kemudian ada upaya dari kekuasaan untuk membenturkan lagi kasus agama, guna mengadu domba setiap umat beragama di tanah air ini.

Pemikiran-pemikiran semacam itu diwajarkan oleh Rocky Gerung, mengingat banyak polemik yang terjadi di tanah air ini, serta elektabilitas dari kekuasaan menurun.

Baca Juga: Coba-coba Ungkit Ideologi Partai Demokrat, Rachland Nashidik Bongkar Dugaan Moeldoko Terlibat Operasi Sajadah

"Kecurigaan itu adalah sah, karena kait-mengkait akhirnya terbaca dan mulai tersambung," ujar Rocky.

Menurut Rocky, dalang dari semua itu bukanlah agama. Karena jika berbicara mengenai radikalisme agama, setiap agama juga punya hal tersebut.

Akan tetapi isu radikalisme agama dinilai oleh Rocky tidak layak untuk diangkat kembali, mengingat dewasa ini demokrasi telah berkembang, sehingga banyak masyarakat yang mulai cerdas menanggapi isu tersebut.

"Enggak ada doktrin bahwa islam atau kristen yang mempromosikan kekerasan," ujar Rocky.

"Yang terjadi adalah reaksi terhadap keadaan (elektabilitas kekuasaan menurun) oleh orang-orang yang memanfaatkan dalil-dalil ekskatologis, untuk membackup energinya melakukan kekerasan," tambahnya.

Menurut Rocky, isu terorisme muncul ketika terjadi ketika tidak adanya keadilan di masyarakat.

Baca Juga: Kapolres Tergerak Bantu Korban Pergeseran Tanan Desa Tanjungwangi

"Di dalam riset terorisme, selalu terorisme timbul di dalam keadaan masyarakat terbelah, dalam keadaan tidak punya pegangan, dalam harapan terhadap cahaya itu melemah," ujar Rocky.

"Nah seluruh sinyal itu ada dalam kekuasaan hari ini, serta menjadi lahan basah bagi operasi-operasi dari mereka yang punya pemikiran tentang kekerasan," tambahnya.

Lebih lanjut, Rocky mengungkapkan bahwa terorisme juga merupakan sebuah alat kekuasaan untuk menutupi kelemahannya sendiri.

Dalam hal itu, Rocky berbicara berdasarkan apa yang terjadi di Amerika Serikat, dimana terorisme diternakan oleh para elit di gedung putih.

Baca Juga: Kapolres Tergerak Bantu Korban Pergeseran Tanan Desa Tanjungwangi

"Mereka yang belajar tentang terorisme, tahu bahwa teror itu juga merupakan alat dari kekuasaan, untuk mengatasi kelemahannya sendiri," ujar Rocky.

Yang berbahaya menurut Rocky adalah ketika kasus radikalisme kekerasan tersebut ditunjukan kepada muslim, mengingat muslim telah diframe oleh kekuasaan sebagai penganut radikalisme.

Oleh karena itu, hal tersebut juga dapat menimbulkan adu domba antar umat beragama di tanah air Indonesia ini.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x