Menurut analisa ahli filsuf ini, interpelasi dilakukan untuk menginterupsi elektabilitas Anies, mengingat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta itu selalu tinggi.
“Jadi ini mesti dibaca lebih jauh lagi, interpelasi dalam upaya untuk menginterupsi elektabilitas Anies Baswedan,” terangnya.
Rocky menilai, PSI dan PDIP melakukan interpelasi dibungkus dengan hak anggota DPR, padahal publik tahu bahwa PSI sendiri adalah asuhan oligarki.
“Jadi interpelasi untuk elektabilitas sebetulnya dengan dibungkus bahwa, iya ini hak anggota DPR untuk mengajukan interpelasi,” tuturnya.
“Orang tahu dari awal bahwa PSI itu adalah asuhan oligarki,” sambungnya.
Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) ini juga menyayangkan PSI yang saat ini telah berubah.
“Di awal pendirian PSI itu saya kasih kuliah pertama kali untuk menerangkan apa itu ideologi, apa itu solidaritas, apa artinya lambang mawar itu, saya terangkan filsafat politik di markas PSI. Tapi kemudian jadi begini. Saya menganggap bahwa ini partai sengaja dibikin untuk seseorang doang. Bukan suatu ide demokratisasi, ide kemajemukan yang mereka promosikan itu,” bebernya.
“Dan terlihat bahwa tokoh-tokohnya bisa bicara kalau ada aliran uang, Kan bisa kita lihat modeling dari pemilu kemarin kan,” pungkasnya.***