Sri Mulyani Salahkan Pemerintah Terdahulu Terkait Utang RI Tinggi, Nicho Silalahi: Maunya Dipuja

- 29 Oktober 2021, 06:30 WIB
Aktivis Nicho Silalahi
Aktivis Nicho Silalahi /Instagram/@nicho_silalahi/

GALAMEDIA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mendapat kritikan dari banyak pihak usai menyalahkan pemerintah terdahulu terkait utang Indonesia yang saat ini melambung tinggi.

Diketahui, utang Indonesia pada bulan Oktober 2021 ini melambung tinggi ke angka Rp6.771 Triliun, sehingga membuat banyak pihak yang mengkritik pemerintah termasuk Sri Mulyani.

Apalagi saat Sri Mulyani menyebut bahwa tingginya utang Indonesia ini dikarenakan faktor warisan masa lalu, membuat ia semakin dikecam banyak pihak.

Salah satu yang tampak mengecam dan mengkritik keras Sri Mulyani itu adalah aktivis molekul pancasila, Nicho Silalahi.

Baca Juga: Hukuman Mati Menanti Para Maling Uang Rakyat, Fahri Hamzah Sebut 2 Sosok ini Pendekar Anti Korupsi

Melalui akun Twitter pribadinya, Nicho Silalahi merasa heran dengan Sri Mulyani karena menyalahkan pemerintah terdahulu imbas utang Indonesia yang saat ini melambung tinggi.

Padahal menurutnya, kebijakan impor yang dilakukan pemerintah lah yang justru membuat utang Indonesia malah semakin melambung tinggi.

"Virusnya, Vaksinnya, Antigen dan PCR Import dari China. Giliran Utang Membengkak Langsung Cuci Tangan dan Menyalahkan Warisan Masa Lalu," ujarnya, dikutip Galamedia, Jumat 29 Oktober 2021.

Nicho Silalahi kemudian menyindir Sri Mulyani yang terkesan cuci tangan dengan menyalahkan pemerintah di masa lalu.

Ia menilai bahwa Sri Mulyani hanya mau dipuja-puji meski sebetulnya pejabat negara seperti dirinya merupakan beban rakyat.

Baca Juga: Persib Belum Terkalahkan di 9 Laga, Mohammed Rashid: Pertama Kali Saya Rasakan

"Enak Benar Jadi Pejabat Di Negeri Ini, Maunya Dipuji Puji Meski Hidupnya Jadi Beban Rakyat. Sudah Saatnya Rakyat Menjadi Hakim," pungkasnya.

Seperti diketahui, Sri Mulyani menyebut bahwa utang Indonesia yang melambung tinggi adalah warisan masa lalu sejak krisis moneter terjadi di tahun 1997-1998 lalu.

Menurutnya hal itu tidak terjadi begitu saja, sebab lonjakan terjadi karena adanya bailout, sehingga utang Indonesia melambung tinggi.

"Waktu ada krisis 1997-1998 dengan adanya bailout, makanya utang kita (negara) sangat tinggi karena obligasi. Jadi ujung-ujungnya adalah beban negara," tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: KPK Dukung Wacana Jaksa Agung RI untuk Terapkan Hukuman Mati Bagi Para Maling Uang Rakyat

Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa pada saat krisis moneter itu banyak perusahaan dan perbankan yang meminjam dolar Amerika Serikat (AS), termasuk obligasi pemerintah.

Hal itu pun akhirnya menjadi beban untuk negara, lantaran nilai tukar rupiah ke dollar terus melonjak hingga saat ini.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x