"Saat kita terus menyaksikan kengerian yang terjadi di Ukraina, dan menyerukan diakhirinya segera konflik dan akses kemanusiaan. Saya di sini di Yaman untuk mendukung orang-orang yang juga sangat membutuhkan perdamaian.”
Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Angkat Bicara Soal Daftar Penceramah Radikal: Kalau Bersalah Pastikan Hukumannya
Yaman dilanda perang saudara sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran menguasai ibu kota, Sanaa dan sebagian besar wilayah utara hingga memaksa pasukan pemerintah melarikan diri ke selatan dan Arab Saudi.
Koalisi yang dipimpin Saudi, yang pada saat itu didukung Amerika Serikat, memasuki perang pada tahun 2015 untuk mencoba mengembalikan pemerintah Yaman ke tampuk kekuasaan.
Baca Juga: Refly Harun Sebut Negara Lebih Takut ke Radikal Ketimbang Korupsi, Teddy Gusnaidi: Ngawur
Kini konflik Yaman telah menjadi perang proksi regional yang menewaskan lebih dari 150.000 orang, termasuk 14.500 warga sipil.
Menurut data dari Proyek Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata 2022, perang Yaman menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Menurut badan pengungsi PBB, sekitar 66 persen dari 30 juta orang Yaman bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk kelangsungan hidup mereka sehari-hari.
Termasuk di antaranya lebih dari 4,2 juta orang terlantar serta 102.000 pengungsi dan pencari suaka.