Sejumlah Lovers Jokowi Berubah Jadi Haters, Begini Respons Istana

- 28 Juli 2020, 15:16 WIB
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).*
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi).* //Arif Firmansyah/ANTARA

GALAMEDIA - Sejumlah pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) kini beralih haluan, dari sebelumnya lovers menjadi haters. Hal ini pun mendapat perhatian di pihak istana dan telah diketahui oleh Presiden Jokowi.

Menurut pihak Istana, Jokowi tidak marah dengan adanya perubahan tersebut. Lingkaran RI 1 menyatakan, Jokowi malah senang.

Seperti diketahui, saat ini banyak pendukung Jokowi di Pilpres 2019 berubah menjadi pengkritik. Mereka di antaranya pengamat politik Abdillah Toha, cendikiawan muda NU Akhmad Sahal, komedian Ernest Prakasa, dan mantan aktivis 98 Savic Ali.

Baca Juga: Hadapi Tekanan, Mirip Penjajah Duta Besar Amerika untuk Korea Selatan Cukur Habis Kumis Kesayangan

Kritikan para pendukung Jokowi yang juga jadi seleb medsos itu, pedas-pedas. Namun, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Donny Gahral Adian, memastikan, Jokowi tak masalah dengan berubahnya sikap para pendukung itu. Sebab, Jokowi bukan sosok antikritik. Baginya, kritikan dari para pendukung itu justru wujud perhatian ke Jokowi.

"(Kritikan) itu tidak ditanggapi secara reaktif, tetapi secara apresiatif," kata Donny, ketika berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.

Menurutnya, kritikan yang dipandang penting biasanya ditindaklanjuti secara serius oleh Jokowi. Baik dari pendukung maupun di luar pendukung Jokowi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan yang melontarkan kritik akan diundang ke Istana.

Baca Juga: Nasib Ozil di Arsenal Makin Tak Jelas, Saatnya Ucapkan Selamat Tinggal?

"Tentunya untuk memaparkan secara lebih detail," terangnya.

Namun tak semua pengkritik akan diundang ke Istana. Sebagai gantinya, pemerintah biasanya akan memberikan penjelasan secara terbuka. Atau, kritikan itu akan ditempatkan sebagai bahan masukan.

"Artinya gini, semua kritik itu akan diapresiasi, kemudian dipilah," lanjutnya.

Donny kemudian mencoba menjawab satu-persatu kritikan yang dilontarkan pendukung Jokowi. Misalnya, atas kritikan Ernest dan Akhmad Sahal soal restu Jokowi terhadap pencalonan Gibran Rakabuming Raka di Pilkada Kota Solo.

Baca Juga: MUI : Masyarakat di Daerah Rawan Penyebaran Covid-19 Lebih Baik Shalat Idul Adha di Rumah

Menurut Donny, di satu sisi Gibran memang anak Presiden. Tapi, di lain sisi, Gibran merupakan warga negara yang memiliki hak dipilih dalam suatu kontestasi politik.

"Harus dilihat dalam posisi seperti itu. (Gibran) bukan kemudian ditunjuk (jadi Wali Kota Solo) secara otomatis. Ini melalui proses demokratis," kata Donny.

"Biar rakyat yang menentukan lewat proses demokrasi," lanjutnya.

Dia memastikan, restu Jokowi ke Gibran bukan bagian dari politik dinasti. "Kalau dinasti kan turun-temurun. Jadi, pasti jatuh ke yang bersangkutan. Ini kan tidak pasti," terang dia.

Baca Juga: Pulih dari Covid-19, Kebiasaan Presiden Brazil Lepas Masker di Depan Umum kembali Terulang

Di sisi lain, Donny mengatakan, rakyat sudah kritis. Mereka tidak lagi memilih seseorang karena latar belakang keluarga ataupun orang tua calon. Buktinya, banyak calon kepala daerah dari keluarga petahana gagal di Pilkada.

"Banyak juga di berbagai daerah istri kepala daerah tidak jadi sebagai kepala daerah," tuturnya.

Mengenai kritikan Abdillah Toha soal produk regulasi kontroversial, seperti Perppu Corona, RUU Minerba, Omnibus Law, dan lainnya, Donny juga merespons dengan tenang.

"Pemerintah kan tidak bisa menyenangkan semua pihak, pasti ada yang tidak puas," ujarnya, santai.

Baca Juga: Tak Ada Foto Archie di Meja Ratu, Pangeran Harry dan Meghan Markle Merasa Tersingkir dari Istana

Hal terpenting, lanjutnya, semua prosedur dalam membuat regulasi sudah ditempuh pemerintah. Mulai dari pembahasan dengan DPR hingga menjaring masukan dan pendapat dari berbagai stakeholder.

Jika ada pihak tak puas, Donny menyarankan menggunakan jalur-jalur yang bisa ditempuh. Antara lain judicial review. Bisa di Mahkamah Agung, untuk regulasi di bawah Undang-Undang. Bisa juga di Mahkamah Konstitusi untuk produk perundang-undangan.

"Bahkan, kebijakan bisa digugat ke PTUN. Semua bisa dipersoalkan. Jadi, silakan saja bilamana dirasakan produk perundang-undangan yang kurang berkenan bisa di-judicial review," saran dia.

Baca Juga: Hotman Paris Minta Pemain Musik di Bali Dibawa ke Kuburan Korban Corona, Sentil Jerinx?

Mengenai kritikan Savic Ali yang ikut mengomentari Program Organisasi Penggerak Kemendikbud yang memberikan hibah kepada lembaga konglomerat, Donny menyatakan, hal itu kurang cermat.

"Perlu disimak secara lebih cermat kebijakan ini. Jangan terlalu reaktif direspons," pesannya.

Artikel ini telah turun pada situs Warta Ekonomi dengan judul "Jokowi Dulu Disayang Kini Diserang, Istana Bereaksi....".***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x