Pembelajaran Tatap Muka untuk Tingkat SMA/SMK Sederajat di Garut Kemungkinan Diundur

- 14 Agustus 2020, 19:44 WIB
Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah XI Dinas Pendidikan Jawa Barat, Asep Sudarsono.
Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Wilayah XI Dinas Pendidikan Jawa Barat, Asep Sudarsono. /Agus Somantri/


GALAMEDIA - Pembelajaran tatap muka di Kabupaten Garut yang rencananya akan mulai digelar pada 18 Agustus 2020 mendatang terancam batal dilaksanakan. Pasalnya, sejumlah SMA/SMK yang mengajukan tatap muka tak lolos verifikasi.

Selain itu, ada beberapa kecamatan yang awalnya masuk zona hijau dan kuning kini satusnya sudah berubah menjadi zona merah karena adanya kasus penambahan konfirmasi positif Covid-19.

Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XI Garut, Asep Sudarsono mengatakan, saat ini pihaknya akan kembali melakukan verifikasi ulang ke setiap sekolah bersama tim kesehatan. Sehingga pembukaan sekolah tatap muka tidak bisa dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus.

"Awalnya memang akan mulai dilaksanakan tanggal 18 Agustus. Tapi dari hasil verifikasi beberapa sekolah, tinggal melakukan rapid atau swab test ke guru, ada daerah yang masuk zona merah," ujarnya, Jumat, 14 Agutus 2020.

Baca Juga: Puluhan Pegawai di Gedung DPRD dan Anggota DPRD Jabar Positif Covid-19

Karena itu, terang Asep, pihaknya mengambil langkah untuk memundurkan waktu pembukaan SMA dan SMK di Kabupaten Garut tersebut. Sebab pembelajaran tatap muka ini bukan hanya menyangkut semangat para siswa dan guru, namun lebih ke persoalan keselamatan.

"Jadi pembukaan sekolah diundur kembali karena semangat mereka tak boleh dipatahkan. Tapi juga tak boleh kesampingkan keselamatan guru, siswa, dan orang tua," ucapnya.

Asep menyebutkan, pada 18 Agustus pihaknya akan melakukan pemeriksaan ulang setiap sekolah yang mengajukan belajar tatap muka. Karena itu, kemungkinan belum ada sekolah yang bisa memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) secara langsung pada 18 Agustus nanti.

"Sekarang yang penting keselamatan dulu. Ini juga jadi pembelajaran, ternyata tidak mudah melakukan kegiatan tatap muka," katanya.

Baca Juga: 1.500 Siswa Gakin di Solo Akan Diberi Ponsel Penunjang Pembelajaran Jarak Jauh

Asep menuturkan, dari hasil verifikasi awal, sejumlah sekolah juga masih belum menyiapkan sarana di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) ini. Meskipun mereka sudah mempunyai niat untuk melakukan belajar secara tatap muka. Sehingga pihaknya perlu memberi rambu-rambu agar semua syarat terpenuhi.

"Kalau ada satu verifikasi yang tak terpenuhi, maka tidak bisa dibuka dulu. Tidak ada keringanan, semua syarat harus terpenuhi," ucapnya.

Bahkan, lanjut Asep, jika pun sekolah sudah memenuhi peryaratan sesuai protokol kesehatan, namun para guru juga diharuskan untuk melakukan rapid atau swab test. Ia mencontohkan, seperti SMKN I Garut yang sudah masuk verifikasi, tinggal dilakukan rapid test pada guru, tapi kini daerahnya masuk zona merah.

"Ya kayak SMKN I Garut, padahal sarana dan kurikulum sudah dicek dan dianggap siap, tapi karena kini daerahnya masuk zona merah jadi perlu dipertimbangkan kembali," ujarnya.

Baca Juga: Bupati Aa Umara Larang Masyarakatnya Gelar Pesta Rakyat pada HUT RI ke-75

Asep menambahkan, saat ini pihaknya akan kembali melakukan evaluasi selama 14 hari ke depan. Sekolah yang masuk zona hijau dan kuning akan jadi prioritasa untuk melakukan belajar tatap muka.

"Yang pasti tunggu semua syarat terpenuhi dulu. Jadi waktu pembukaan sekolahnya kemungkinan agak mundur," katanya.

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x