Network
Oleh karena itu, imbuh Dede, pihaknya mencoba mengarahkan olahraga ini mendapat atensi atau perhatian dari pemerintah bagi bangsa Indonesia. Apalagi banyak penyakit yang ditimbulkan akibat kurang gerak. "Ini momentum yang sangat baik," katanya.
Ia mengatakan, penjadwalan olahraga tidak terlalu diatur-atur oleh pemerintah. Kenapa, penjadwalan olahraga sudah mengikuti prosedur yang lama dan perjanjian-perjanjian yang lama.
Baca Juga: Vanuatu Sikut Indonesia, Mahfud MD Sebut Itu Provokasi, Kami Tidak Konyol Mau Dituduh Macam-macam
"Jika dikhawatirkan menyebabkan adanya kerumunan orang, itu bisa diganti dengan liga virtual seperti yang sudah dilakukan di beberapa belahan dunia. Mereka bermain tanpa penonton. Penontonnya virtual, ini bisa dilakukan. Kenapa karena mereka sudah terikat kontrak kerja. Kontrak dengan pemain, dengan pelatih, sponsor," ungkapnya.
Ia sudah menyarankan kepada sejumlah pihak, liga itu tetap berjalan. Tetapi konsepnya liga virtual. "Pemainnya bisa melaksanakan swab test dulu sebelum bermain," katanya.
Dede Yusuf mengatakan, sampai saat ini belum ada kejeasan dalam upaya melakukan pembagian peran dalam melakukan pembinaan olahraga. "Apakah yang melakukan pembinaan olahraga itu pusat, daerah, cabor atau koni?" kata Dede.Baca Juga: Manfaatan Lahan Reruntuhan, Warga Tamansari Galakan Urban Farming untuk Ketahanan Hidup
Ditambah lagi, kata Dede Yusuf, konsep tentang kesejahteraan atlit, selain kesejahteraan pelatih. Ia juga mengkritisi pembangunan infrastruktur untuk sarana olahraga dalam menghadapi berbagai even, setelah dibangun tidak jelas dan dibiarkan mangkrak.
Ia mengatakan di beberapa daerah melaksanalan pembangunan infrastruktur untuk pembangunan sarana olahraga yang menghabiskan anggaran ratusan miliaran rupiah hingga triliunan rupiah. Setelah itu tidak jelas pemanfaatannya dengan baik dan dibiarkan mangkrak.
