Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman Bakal Dibunuh

- 23 Oktober 2020, 15:34 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. /


GALAMEDIA - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mengaku bakal dibunuh.

Pernyataan tersebut dimuat IslamTimes mengutip surat kabar Harretz, Jumat 23 Oktober 2020.

Dalam artikelnya, miliarder Israel-Amerika Halim Saban, menyebut MBS mengaku tak bisa menormalisasi hubungan dengan Tel Aviv. Karena akan dibunuh Iran, Qatar dan masyarakat Arab Saudi sendiri.

"Dia akan dibunuh oleh Iran, Qatar dan rakyat sendiri," tulis media itu.

Hal ini terungkap dalam acara kampanye online Pemilu AS yang mendukung calon presiden Joe Biden dan wakilnya Kamala Harris.

Baca Juga: Ingatkan AS China Siap Perang, Xi Jinping: Kaki Kami Tak Akan Gemetar!

Ini dikatakan Saban dalam wawancara dengan anggota Kongres Demokrat Ted Deutch di kegiatan itu.

Hal ini terjadi tak berapa lama setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak negeri Raja Salman itu untuk membuka kerja sama dengan Israel. Langkah ini telah dilakukan Uni Umirat Arab (UAE) dan Bahrain dengan menandatangai Abraham Accord pada bulan lalu.

Keduanya menjadi negara arab ke-3 dan ke-4 yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Mesir sudah melakukan pertama di 1979 dan Yordania di 1994.

Meski demikian, belum ada pernyataan langsung dari Saudi. Dalam wawancara tahun 2018 dengan The Atlantic, CNBC International menulis MBS mengatakan Israel memiliki hak 'untuk memiliki tanah mereka sendiri'.

Baca Juga: Omnibus Law Cipta Kerja: Belum Diundangkan Sudah Rusak Lingkungan, Banyak Pohon Ditebang

Sebelumnya, AS menyebut akan ada tujuh negara Arab dan Muslim yang mengikuti langkah UEA dan Bahrain. Penasihat Khusus Presiden AS, Avi Berkowitz, dalam wawancara eksklusif dengan Arab News mengatakan penolakan pemimpin Palestina untuk bernegosiasi tidak akan lagi menghalangi negara lain untuk mengejar perdamaian dengan Israel.

"Kami membuat rencana yang membutuhkan solusi dua negara yang realistis," ujarnya.

"(Rencana) ini menyerukan negara Palestina dengan ibu kota di wilayah Yerusalem Timur."

"Menyerukan akses gratis ke semua orang yang datang dengan damai ke semua situs suci, sehingga tidak ada yang bisa mengatakan bahwa dengan cara apapun mereka dikepung. US$ 50 miliar (juga ditawarkan) dalam investasi, serta persediaan untuk orang-orang yang telah mengungsi, masalah pengungsi."

Baca Juga: Enggak Jelas, Petinggi KAMI Ahmad Yani Ogah Datangi Bareskrim Polri

Sayangnya, kata dia, para pemimpin Palestina juga tetap menolak hal tersebut. Ia, diklaimnya, membuat rakyatnya frustasi dengan tindakan para pemimpin mereka.

"Ini tidak diragukan lagi adalah sesuatu yang akan membuat kehidupan rakyat Palestina lebih baik dan akan mengubah arah kawasan. Ketika itu (diumumkan), banyak orang melihat bahwa Palestina menolak rencana tersebut bahkan sebelum dipublikasikan. Mereka bahkan tidak akan membacanya sebelum menolaknya, dan sejujurnya, itu tidak bisa diterima," paparnya.

Mengutip dari website pemerintah AS, www.state.gov, AS dan Arab Saudi memiliki hubungan ekonomi yang kuat. AS adalah mitra dagang terbesar kedua Arab Saudi.

Sementara Arab Saudi adalah salah satu mitra dagang terbesar Amerika Serikat di Timur Tengah. Arab Saudi adalah sumber minyak impor terbesar kedua untuk AS.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x