GALAMEDIA - Kurang dari lima pekan jelang pelantikan presiden terpilih Joe Biden pada 20 Januari, Presiden AS Donald Trump memberitahu penasihatnya bahwa dia akan menolak meninggalkan Gedung Putih pada hari pelantikan.
Menanggapi rencana Trump bertahan di Gedung Putih hingga hari pelantikan Biden ditanggapi riuh oleh netizen hingga Secret Service mendadak trending topic.
Satuan pengaman Secret Service dan FBI akan menjadi pihak yang turun tangan seandainya skenario yang bisa memicu krisis nasional itu sampai kejadian.
Baca Juga: Luhut Pastikan China Bakal Tanam Modal Besar di Kawasan Danau Toba, Salah Satunya Bidik Bisnis Hotel
Dikutip Galamedia dari DailyMail, Jumat (18 Desember 2020) Trump meluapkan 'amarah yang tak terhingga ' setelah kekalahannya dalam pemilihan presiden.
Enam minggu sejak kalah pilpres dan minggu ini Electoral College mengonfirmasi Joe Biden sebagai pemenang dalam pemilihan presiden, Trump tak menunjukkan tanda-tanda akan segera mengakui kekalahan.
Trump mengajukan banyak tuntutan hukum untuk membatalkan hasil pemilu dan mengoceh di Twitter dengan klaim pilpres diwarnai kecurangan dalam upayanya untuk tetap menjabat.
Baca Juga: Pantun jadi Warisan Budaya Takbenda Sangat Penting untuk Penguatan Karakter Siswa
Trump dilaporkan secara pribadi menerima bahwa dirinya kalah bulan lalu tetapi berbalik arah setelah mendapat dukungan dari orang dekatnya seperti pengacara Rudy Giuliani dan Jenna Ellis.
Pada satu titik Trump bahkan mengatakan kepada beberapa penasihat bahwa dia akan menolak meninggalkan Gedung Putih pada 20 Januari. Meski demikian beberapa percaya dia kemungkinan hanya menggertak.
“Dia membuat ulah tapi dia akan pergi meski melakukan serangan,” ujar seorang seorang penasihat Gedung Putih.
Baca Juga: Sahrul Gunawan Kabarkan Kondisi Terkininya: Dari Ruangan Sekecil Ini...
Trump sekarang dilaporkan menghabiskan hari-harinya untuk memikirkan kekalahannya dan merencanakan untuk balas dendam pada pihak-pihak yang dianggap mengkhianatinya.
Mereka yaitu anggota Partai Republik yang diyakini berbalik berseberangan dengannya, juga eksekutif Fox News, anggota Kongres dan anggota kabinet.
“Dia mendapat begitu banyak informasi yang salah sehingga kupikir dia benar-benar mengira hasil pemilu dicuri darinya, '' kata seorang penasihat Trump.
Beberapa jam setelah Electoral College mengumumkan Biden mengamankan hasil pemilihan, Trump mengumumkan Jaksa Agung William Barr akan mundur dari jabatannya.
Pengunduran diri terjadi setelah Barr diketahui mencegah penyelidikan federal terhadap keuangan Hunter Biden agar tidak go public sebelum pemilihan.
Baca Juga: PlayStation 5 Sudah Bisa Dipesan di Indonesia, Ini Daftar Harganya
Pada awal pekan ini, Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengakui Biden sebagai presiden terpilih untuk pertama kalinya, sebuah tanda bahwa Partai Republik telah mengakui kekalahan.
Trump juga dilaporkan telah mempertimbangkan pengampunan atau grasi khusus bagi lebih dari 24 orang yang dekat dengannya, termasuk rekan bisnis dan sekutu, yang dia yakini dapat menjadi sasaran tembat karena alasan politik.
Staf Trump dilaporkan telah membuat spreadsheet untuk melacak semua permintaan pengampunan.
Baca Juga: Mucikari Kasus Dugaan Prostitusi Selebgram TA Ditangkap di Medan
Bulan lalu Trump mengampuni Michael Flynn, mantan penasihat keamanan nasionalnya, dari segala kemungkinan kejahatan yang dilakukannya terkait penyelidikan Robert Mueller untuk kasus campur tangan Rusia dalam pemilu 2016.
Trump juga mempertimbangkan grasi untuk Allen Weisselberg, kepala keuangan Trump Organization, yang berada di bawah pengawasan penyelidik karena perannya dalam pembayaran uang diam-diam.
Baca Juga: 9 Keutamaan Hari Jumat, Mulai Hari Mustajabnya Doa Hingga Dihapuskannya Dosa-dosa, Ketahuilah
Para pejabat mengatakan pengampunan preemptive untuk Trump sendiri belum dikesampingkan. Loyalitas menjadi masalah utama di Ruang Oval dalam enam minggu terakhir sejak pemilihan.
Beberapa sekutu dekat Trump dilaporkan telah mendesaknya untuk tidak ikut serta dalam pelantikan Biden dan merencanakan pencalonannya untuk 2024.
Trump sendiri telah memberitahu stafnya bahwa dia bahkan tidak memiliki keinginan membahas soal kehadirannya pada pelantikan Biden.***