'Jhoni Allen - Damrizal Berdosa', Marzuki Alie Bongkar Skenario SBY Ambil Alih Demokrat jadi Partai Dinasti

18 Maret 2021, 10:17 WIB
Marzuki Alie. /Miranda/

GALAMEDIA - Mantan Sekretaris Umum Partai Demokrat yang kini menjabat Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Marzuki Alie membeberkan skenario politik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengambil alih Partai Demokrat menjadi partai dinasti.

Melalui tayangan pada saluran YouTube pribadinya 'Bang MA Official' pada Rabu, 17 Maret 2021, Marzuki Alie mengatakan bahwa secara sistemik, SBY merebut Partai Demokrat yang semula terbuka menjadi partai dinasti keluarga Cikeas.

"Sistemik pengambilalihan Partai Politik, Partai Demokrat dari partai terbuka menjadi partai dinasti, saya akan jelaskan dalam tayangan berikut ini," ujar Marzuki.

Baca Juga: Di Balik Surga Piala Dunia Qatar 2022, Kolaps di Tengah Sengatan Panas 6.500 Nyawa Kuli Migran Melayang

Baca Juga: Wacana Presiden 3 Periode, Wakil Ketua MPR: Sikap Jokowi Tidak Berubah Sejak 2019

Ia mengungkapkan berawal dari kongres 2010 dimana dirinya dan Anas Urbaningrum dilarang untuk maju sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, dimana saat itu SBY mengusung orang kepercayaannya namun kalah.

"Pertama pada kongres 2010, pada kongres 2010 awalnya kami dilarang untuk maju, saya dilarang, mas Abas dilarang, sayangnya yang direkomendasi itu orang yang sehari-hari dekat beliau," ujar Marzuki.

Ia menjelaskan, orang ini merupakan sosok dari partai lain yang masuk ke Partai Demokrat dan menjadi orang kepercayaan SBY.

Baca Juga: 99,9 Persen Yakin, Ilmuwan Jerman Beberkan Tiga Bukti Virus Corona Bocor dari Lab Wuhan

"Alhamdulillah, Partai ini tidak jatuh kepada orang yang tidak tepat," ujarnya lagi.

Dengan demikian, pada kongres 2010 Anas Urbaningrumlah yang terpilih sebagai Ketua Umum.

Namun, ia menyesalkan terkait sandungan kasus yang menimpa Anas Urbaningrum.

Lebih lanjut, karena Anas Urbaningrum tersandung kasus korupsi saat itu, maka dilakukanlah Kongres Luar Biasa di 2013.

Baca Juga: Jangan Lupa! Bansos Rp 300.000 Bulan Maret 2021 Sudah Cair, Yuk Cek Melalui dtks.kemensos.go.id

Pada kongres 2013, Marzuki mengaku dirinya akan maju sebagai Ketua Umum, namun SBY ternyata juga akan maju.

"Ternyata Pak SbY ingin menjadi Ketua Umum. Caranya bagaimana?, sederhana, bagaimana Marzuki Alie tidak maju dan bagaimana caranya pengikut Anas juga memberikan dukungan kepada beliau," jelasnya.

Akhirnya pada 2013 SBY meyakinkan bahwa ia hanya akan bertahan hingga kongres berikutnya.

"KLB 2013 itu, orang-orang saya diyakinkan bahwa Pak SBY hanya bertahan selama dua tahun saja, artinya menyelamatkan partai ini sampai kongres berikutnya," ujar dia.

Namun, Marzuki Alie menduga bahwa sejak saat itulah terpikir bahwa Partai Demokrat akan dijadikan partai keluarga Cikeas.

Baca Juga: Soal Tim Indonesia yang Mundur dari Yonex All England Open 2021, BWF: Tim yang Akan Bertemu Menang WO

"Itu sudah saya pikirkan sejak awal, itu terjadi pada kongres 2015, dimana SBY mengingkari janjinya untuk tidak maju lagi," tegas Marzuki.

Ia menjelaskan bahwa menjelang kongres 2015 SBY menggalang dukungan ke daerah-daerah agar ia dipilih.

"Saya sudah ingatkan kepada teman-teman pada saat itu, saya sampaikan; begitu Pak SBY menjadi Ketua Umum periode 2015-2020 maka jangan diharapkan lagi partai ini menjadi partai terbuka," ujarnya.

Marzuki menjelaskan bahwa pesan itu juga ia sampaikan kepada Damrizal dan Jhoni Allen yang saat itu mendukung SBY pada KLB 2013, bahkan ia menyebut Damrizal dan Jhoni Allen sudah berdosa karena mempengaruhi dirinya untuk sama-sama mendukung.

Baca Juga: Teddy Gusnaidi Unggah Foto Rumah DP 0 persen: Cuma Buat Satu Orang dan Satu Kecoa?

"Itulah yang saya sampaikan kepada Pak Damrizal yang saat itu mengusung Pak SBY di KLB, termasuk Pak Jhoni Allen," kata dia.

"Saya bilang orang-orang ini orang-orang yang berdosa, karena apa?, mempengaruhi saya," tambahnya.

Dan benar saja, sejak itu kata Marzuki, sejak 2015 SBY ingkar janji dan mengambil Partai Demokrat.

Selanjutnya kata Marzuki, terpilihnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi Ketua Umum pada Kongres 2020, kendati dipilih secara aklamasi, tetapi by design atau dengan skenario tertentu.

"Pak AHY terpilih secara aklamasi, betul secara aklamasi, tetapi by design," tegasnya.

Baca Juga: Bukan Jokowi Tiga Periode, Refly Harun dan Haris Azhar Ungkap Solusi Ini Lebih Penting bagi Politik Indonesia

Marzuki menyebut bahwa sebelum AHY terpilih, telah diminta surat dukungan.

"Bagaimana orang lain mau masuk, manakala Pak AHY sudah mendapat dukungan 100 persen, itulah by design," ucapnya.

"Artinya partai ini telah dikonotasi menjadi parta keluarga," jelasnya.

Ia mengungkapkan bahwa design Partai Demokrat menjadi partai dinasti lebih lanjut diatur melalui pasal-pasal pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

"Caranya dengan merubah pasal-pasal dalam AD/ART tentang kewenangan Ketua Majelis Tinggi dan ketua Umum," terang dia.

Baca Juga: Tim Bulutangkis Indonesia Dipaksa Mundur dari All England 2021, Ricky Subagja Kecewa

Marzuki menyoroti soal sentralisasi kekuasaan yang terletak pada SBY, AHY dan bahkan Edhie Baskoro Yudhoyono yang diatur dalam pasal-pasal AD/ART.

"Ketua Majelis Tinggi Masa bakti 2020 - 2025 dijabat oleh Ketua Umum masa bakti 2015 - 2020 adalah aneh," kata Marzuki.

Dengan demikian, AD/ART tersebut menjadikan SBY secara otomatis menjadi Ketua Majelis Tinggi.

Kemudian, Wakil Ketua Majelis Tinggi dijabat oleh Ketua Umum dimana saat itu adalah AHY

"Yang paling krusial adalah membatasi hak daripada kader, saya yakin banyak kader memiliki kapasitas untuk menjadi ketua umum partai tetapi sudah di cut oleh pasal dalam AD dimana calon Ketua Umum yang maju dalam kongres harus mendapat persetujuan Majelis Tinggi partai," ujarnya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Bandung Selasa 18 Maret 2021, BMKG: Berpotensi Hujan pada Siang dan Sore Hari

Hal itu menandakan kata Marzuki, tidak akan ada yang dapat berkompetisi tanpa persetujuan Ketua Majelis Tinggi Partai.

"Ini yang membuat partai ini sudah sedemikian ketatnya didalam AD/ART sehingga tidak memungkinkan orang luar untuk memimpin partai ini," ujarnya.

"Artinya partai ini direkayasa, didesain sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin lagi orang luar menjadi pengelola Partai Demokrat," tandasnya.***

Editor: Dadang Setiawan

Tags

Terkini

Terpopuler