GALAMEDIA - Saat ini, kebutuhan benih jagung di Indonesia sebagian besar masih dipenuhi dari impor atau perusahaan-perusahaan benih internasional.
Melihat kondisi ini, Tim ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) bekerja sama dengan CV. Crindo Satria Agro (CorresCo) melakukan program pemulian jagung hibrida yang dilakukan dengan standarisasi riset yang tinggi.
Hasil penelitian diuji langsung oleh Kamentan, Balai penelitian tanaman pangan, KTNA (kerukunan tani dan nelayan andalan), ahli di bidang perlindungan tanaman dan praktisi pertanian, Jumat, 22 Oktober 2021.
Hasilnya, penelitian lolos uji, sehingga kedepan bisa diperjualbelikan.
Peneliti Institut Sepuluh Nopember Muchamad Muryono PhD, menyampaikan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan pihak swasta. Penelitiannya fokus pada ketahanan pangan, salah satunya benih jagung varietas TKS007.
"Kami mempersentasikan hasil penelitian dengan prospek panen melimpah, produktivitas benih jagungnya mencapai 2,37 ton per hektar. Sekarang kan masih 2 ton per hektar. Kalau pun ada kompetitor, hasilnya masih di angka 2 ton," ungkap Maryono sebelum pengujian di Hotel Aston Pasteur, Jumat, 22 Oktober 2021.
"Kita cukup agresif mengenalkan varietas TKS007 ini. Varietas inu punya nilai adaptasi yang luas, karena ini bisa ditanam di semua lokasi dataran rendah, dataran tinggi, semua daerah tegal atau hutan. Ini juga sangat memungkin di lahan terbatas karena C4 ini sangat spesifik terhadap lahan marginal, atau lahan air sulit dijangkau oleh tanah subur, dengan ini potensial tetap berproduktif," jelasnya.
Maryono mengatakan, benih jagung TKS007 sudah diuji coba di 5 lokasi atau provinsi yakni Jatim, Jateng, Sumut, Lampung, dan Sulawesi. Kelima daerah ini memiliki iklim, tanah, ketinggian, dan sistem petani yang berbeda dan ternyata bisa diterapkan.
"Lima lokasi ini sebagai representasi, kedepan kita akan ekspansi termasuk Jabar yang akan kita agresif kan penanaman jagung," ucapnya.
Sementara itu perwakilan IA SITH ITB Dr Daningsih Sulaeman mengaku bangga dengan berkolaborasi yang dilakukan dalam membuat pengembangan program hilirisasi produk riset nasional pada bidang ketahanan pangan ini, tentunya dalam skala yg terukur.
Baca Juga: Verrel Bramasta Unggah Potret Bareng Ranty Maria, Netizen: Ayah Bunda
Lebih lanjut, Daningsih mengatakan, keberadaan jagung tidak hanya berkaitan dengan ketahanan pangan, namun dapat dimanfaatkan juga sebagai alternatif energi (syngas dan etanol), berkemampuan dalam bioremediasi di lahan eks tambang, juga problem solving bagi lahan2 marginal agar lebih produktif.
"Untuk itu sekali lagi, kami ucapkan selamat dan kami sangat bersemangat utk segera berkolaborasi dalam implementasi di lapangan sehingga manfaat dari penelitian2 ini dapat segera dirasakan oleh banyak pihak. Saya selaku representasi IA SITH ITB sangat bangga dan bahagia atas keberhasilan rekan kami disini," ucapnya.
Ditambahkan CV. Crindo Satria Agro (CorresCo), Febri Hendrayana, mengatakan, pihaknya sebagai swasta (DUDI/dunia usaha dunia industri) yang bergerak di bidang penelitian pertanian.
"Kami sangat menyambut adanya upaya pemerintah dalam program Kedaireka ini. Semakin banyak hasil penelitian insan Dikti, semakin banyak terasa kebermanfaatannya bagi petani dan industri. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran kedaireka sebagai tempat bertemunya perguruan tinggi dan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk berkolaborasi menciptakan beragam inovasi," ucapnya.
Baca Juga: Pimpin Upacara Hari Santri, Ridwan Kamil: Santri Haraus Kuat Melawan Ideologi yang Mengancam
Kedaireka sendiri merupakan salah satu upaya Pemerintah RI melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.
Platform ini merupakan wadah berkumpulnya berbagai unsur dalam penta helix yaitu pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, industri, dan media. Dan semua element tersebut akan berkolaborasi dan sinergis untuk memajukan Indonesia.***