Dituding Berkhianat dan Guncang Kerajaan, Arab Saudi Jebloskan Perempuan Ternama ke Penjara

- 29 Desember 2020, 15:12 WIB
Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman
Pangeran Arab Saudi, Mohammed bin Salman /Axios

GALAMEDIA - Aktivis hak-hak perempuan paling terkenal dari Arab Saudi akhirnya dipenjara  enam tahun atas sejumlah  tuduhan, termasuk melamar pekerjaan di PBB dan melakukan pembicaraa dengan Amnesty International.

Loujain al-Hathloul (31) yang juga mengampanyekan hak mengemudi bagi perempuan  dihukum oleh pengadilan teroris setelah dituduh memata-matai dan berkonspirasi dengan kekuatan asing.

Baca Juga: Soal Lahan Pondok Pesantren Markaz Syariah HRS, Andi Arief Sebut Pemerintah Keliru

Tapi pendukung Al-Hathloul mengklaim dia dipenjara meskipun hanya dituduh melakukan pelanggaran yang berkaitan dengan pekerjaan hak asasi manusianya.

Ini termasuk menyerukan diakhirinya sistem perwalian laki-laki yang membatasi perempuan Arab Saudi dan berbicara dengan jurnalis untuk sebuah film dokumenter.

Dikutip Galamedia dari DailyMail, Selasa (29 Desember 2020) dua tahun 10 bulan dari hukuman enam tahun Al-Hathloul ditangguhkan. Ini artinya selain waktu yang telah dijalani di tahanan sejak Mei 2018, ia dapat menghirup udara bebas  pada Maret 2021.

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Sadikin Ungkap, Indonesia Beli 426 Juta Vaksin dari Empat Perusahaan

Setelah bebas, Al-Hathloul akan dikenai  larangan perjalanan selama lima tahun. Dalam salah  sidang baru-baru ini, Al-Hathloul yang melakukan mogok makan bulan lalu tampak lemah dengan tubuh gemetar tak terkendali dan suara yang lemah.

Kemarin  outlet berita pemerintah  Sabq mengatakan  Al-Hathloul dinyatakan bersalah oleh pengadilan anti-terorisme kerajaan dengan sejumlah tuduhan termasuk mendorong perubahan, mengejar agenda asing dan menggunakan internet untuk merusak ketertiban umum.

Baca Juga: Heboh Cantiknya Ibu Selebgram Kembar Tercantik di Dunia

Al-Hathloul  yang sempat berbagi panggung dengan Meghan Markle di even One Young World Summit 2016 Kanada  dipenjara pada tahun 2014 setelah merekam aksinya di belakang kemudi mobil ketika wanita masih dilarang mengemudi di Arab Saudi.

Vonis dijatuhkan  dua setengah tahun setelah penangkapannya pada Mei 2018,  langkah yang diklaim  para pegiat HAM dilakukan untuk mencegahnya menjadi fokus berita  atas keputusan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) yang  mencabut larangan mengemudi bagi kaum Hawa satu bulan kemudian.

Baca Juga: Jadwal hingga Kategori Penerima Vaksin Covid-19 Sudah Terbit, Ini Penjelasannya

Bulan lalu terungkap aktivis yang ditahan, seperti Al-Hathloul, dipaksa untuk mencium dan atau melakukan tindakan seksual terhadap interogator mereka di penjara.

Sebuah laporan setebal 40 halaman dari  pengacara hak asasi manusia Baroness Helena Kennedy mengatakan, para narapidana juga dipaksa  menonton tayangan pornografi, diancam dengan pemerkosaan, digantung di langit-langit, dipukuli dan disetrum selama penahanan.

Dikatakan interogasi Al-Hathloul   diawasi oleh Saud al-Qahtani,  anggota lingkaran dalam MBS, yang dituduh mengatur pembunuhan Jamal Khashoggi.

Baca Juga: Peralatan Tradisional yang Mulai Terpinggirkan Dalam Pemanfaatannya

Al Qahtani juga disebut melontarkan ancaman. “Aku  akan melakukan apa pun yang aku  suka padamu,  kemudian memisahkan tubuhmu dan membuangnya ke toilet.”

Pengadilan Kriminal Khusus Arab Saudi, yang dikenal sebagai pengadilan 'teroris', membuka kasus Al-Hathloul pada 10 Desember dengan tuduhan sengaja mengeksploitasi hukumannya pada tahun 2014 dan menggunakan pengalamannya di penjara saat melamar pekerjaan di PBB.

Dalam dakwaan sebelumnya, Al-Hathloul   juga dituduh melakukan kontak dengan diplomat Eropa, termasuk seseorang bernama Kathryn dari Kedutaan Besar Inggris agar kasusnya diangkat saat Bin Salman melakukan  kunjungan kenegaraan ke Inggris pada Maret 2018.

Baca Juga: DJP Tunjuk Enam Perusahaan dan Cabut Satu Badang Usaha Pemungut PPN

Tuduhan lain mengklaim Al-Hathloul   menerima 'dukungan material' dari 'sebuah organisasi asing untuk mengunjungi organisasi hak asasi manusia dan menghadiri konferensi serta seminar untuk berbicara tentang status wanita Saudi'.

Ini merujuk pada tiket pesawat dan akomodasi yang diberikan kepadanya untuk mengikuti kursus keamanan siber di Spanyol setelah Arab Saudi menyebarkan spyware di telepon para pembangkang yang tinggal di luar negeri.

Baca Juga: Mutasi Virus Corona Berpengaruh pada Semakin Cepatnya Virus Menyebar di Masyarakat, Waspadalah

Di Arab Saudi, Al-Hathloul dituduh sebagai 'pengkhianat' dan 'mencoba mengguncang kerajaan' dan berita mengenai dirinya muncul di halaman depan surat kabar yang dikelola pemerintah.

Sementara itu, Elizabeth Broderick, ketua kelompok kerja PBB untuk diskriminasi terhadap perempuan dan anak perempuan mengatakan, “Membela hak asasi manusia tidak akan pernah bisa dianggap sebagai ancaman keamanan nasional.”

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: dailymail


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x