Soal Vaksin Corona China di Indonesia, Peneliti Unpad Ungkap Kekebalan Muncul 28 Hari Usai Disuntik

- 16 Juli 2020, 17:53 WIB
Ilustrasi.
Ilustrasi. /

GALAMEDIA - Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad) mengungkapkan alur uji klinis vaksin corona buatan perusahaan China yang akan dilakukan di Indonesia.

Ketua Tim Riset FK Unpad Kusnandi Rusmil menyebutkan, vaksin Covid-19 akan disuntikkan sebanyak dua kali tiap 14 hari ke tubuh relawan.

Relawan tersebut merupakan orang sehat yang sudah dicek kondisi tubuhnya. Lalu, secara berkala tim akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap setiap relawan. Pemantauan relawan dilakukan selama 7 bulan.

Baca Juga: Bisa Kurangi Sampah Organik, Budidaya Maggot Terus Gencar Disosialisasikan

"Kita cari orang sehat, lalu kita suntikkan vaksinnya, apakah vaksinnya memunculkan zat anti terhadap penyakit atau tidak," kata Kusnandi dalam keterangan di situs Unpad, Kamis (16/7/2020).   

Proses penyuntikkan akan dilakukan di enam tempat, yaitu di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, kampus Unpad Dipati Ukur, serta empat Puskesmas di Kota Bandung.

Ilmuwan yang sudah melakukan uji klinis vaksin sebanyak 30 kali ini mengatakan dari hasil analisisnya, vaksin akan menciptakan kekebalan terhadap virus Covid-19 dalam 28 hari.

Baca Juga: Ini Instruksi Ridwan Kamil kepada Panitia Kurban di Jabar

"Perhitungan saya begitu. Setelah 28 hari orang itu akan kebal terhadap penyakit. Tetapi suntikannya harus dua kali," ujarnya.

Ia memastikan, uji klinis ini tetap memperhatikan keselamatan relawan. Upaya preventif ini sudah dimasukkan ke dalam rencana kerja yang saat ini tengah ditelaah oleh Komite Etik.

"Orangnya sudah diasuransikan," kata Kusnandi.

Ia pun menegaskan bahwa alur uji klinis vaksin Covid-19 tadi baru akan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Unpad. Saat ini, kelayakan rencana kerja uji klinis masih dalam tahap penelaahan kelayakan oleh Komite Etik.

Baca Juga: Tensi China-AS di Laut China Selatan Kian Memanas, Pemerintah Indonesia Pun Bereaksi

"Begitu Komite Etik sudah oke, kita akan jalan," tutur Kusnandi

Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad ini menjelaskan pengembangan vaksin Covid-19 memiliki jalan panjang. Pengembangan bahan vaksin diambil dari virus yang sudah dimatikan.

Metode ini dipandang lebih murah dan mudah dibandingkan dengan pengembangan vaksin dari dinding virus atau RNA-nya.

Setelah ditemukan, vaksin tidak serta merta langsung diuji coba ke manusia. Tahap atau fase pertama yang dilakukan adalah menguji vaksin ke tubuh hewan. Apabila hewan berada dalam kondisi tubuh yang stabil dan tak ada efek samping berlebihan, maka vaksin boleh diuji coba pada manusia.

Baca Juga: Jabar Miliki 1.300 Titik Blank Spot, Belajar Dari Rumah Secara Online Tak Bisa Dilaksanakan Full

Tahap uji klinis ke manusia terdiri dari tiga fase. Fase pertama, kata Prof. Kusnandi, diuji coba kepada 100 orang dewasa. Jika dinyatakan aman, maka uji coba masuk kepada fase kedua yang akan melibatkan 400 orang relawan.

Setelah kembali berhasil, uji coba selanjutnya masuk ke fase III, yaitu dengan jumlah relawan mencapai ribuan orang. Saat ini, uji klinis di Kota Bandung merupakan pengujian pada fase III.

Uji coba fase III tidak bisa dilakukan hanya pada satu sentra pengujian, tetapi harus dilakukan di banyak lokasi. Oleh karena itu, uji klinis vaksin Covid-19 ini tidak hanya dilakukan di Indonesia, tetapi juga di sejumlah negara di dunia, salah satunya di Brasil.

Baca Juga: Turut Periksa Protokol Kesehatan, Polda Jabar Gelar Razia Kendaraan Bermotor Selama Dua Pekan

"Hasil uji coba di fase 3 hasilnya harus sama. Kalau hasilnya tidak sama (di setiap negara), vaksin tidak boleh dijual," ujar Kusnandi.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x