Sebut Buzzer Makan dari Hasil Pembunuhan, Ketua MUI: Ia Mengambil Daging Saudaranya

- 11 Februari 2021, 16:37 WIB
Ketua MUI pusat, KH Cholil Nafis.
Ketua MUI pusat, KH Cholil Nafis. / Instagram.com/@cholilnafis

GALAMEDIA - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Dr M Cholil Nafis mengibaratkan buzzer sebagai pemakan daging saudaranya sendiri.

Dalam sebuah video yang diunggah di kanal Youtube Hersubeno Point, Kamis 11 Februari 2021, Cholil Nafis tampak menjawab beberapa pertanyaan dari Hersubeno.

Dalam kesempatan itu Cholil memberikan gambaran buzzer menurut pemikirannya.

Di awal video, Cholil menjelaskan tentang definisi buzzer yang masih belum jelas. Ia menyebut ada dua jenis buzzer yaitu yang positif dan negatif.

Namun saat ini buzzer lebih cenderung berkonotasi negatif.

Baca Juga: Sebut Umat Berpikir Sempit, Wapres Ma'ruf Amin: Bisa Menghambat Peradaban Islam

"Karena memang definisinya masih kontroversi, tetapi kesannya konotasi di mata orang buzzer itu adalah negatif, karena orang bayaran untuk menyampaikan sesuatu dari orang lain," ucap Cholil dalam tayangan video tersebut.

Cholil pun menyinggung soal pembunuhan karakter yang marak dilakukan oleh buzzer.

Dalam penyampaian kritik, bukan lagi substansi kritik yang dikedepankan melainkan menyerang orang secara pribadinya.

"Ketika mengkritik bukan substansi kritiknya yang dikejar, tetapi orangnya yang dibunuh karakternya, ya kita kan kalau imbang apple to apple, sama-sama ngerti kita diskusi kan nyaman," ujarnya.

"Tapi yang dihadapi ini kan anonim sudah gitu ngomongnya sarkas, demikian juga membuat kita enggak nyaman," ujar Cholil.

Dengan identitas buzzer yang tak diketahui, Hersubeno mengatakan, dalam terminologi agama para buzzer dianggap hal yang terkait alam gaib.

Baca Juga: Hanya Ada 4 Lokasi di Dunia, Kemenkumham Jabar Dorong Akar Wangi Asal Garut Daftar HAKI Indikasi Geografis

Cholil pun membenarkan pernyataan tersebut.

"Ya anonim itu kan orang alam gaib enggak ketahuan siapa orangnya, bisa saja dia pakai nama tertentu. Setelah dilacak juga tidak tahu, tetapi kontennya itu seragam untuk menyerang sesorang yang sudah menjadi target," ujar Cholil.

Ia pun mengungkapkan soal pengalamannya berhadapan dengan buzzer. Ia mengaku pernah mendapat serangan dari mereka saat menyampaikan kritik terhadap pemerintah.

"Ada lah sebagian kecil, tapi mungkin sebagian orang juga memahami yang dimaksud saya. Tapi ada sebagian kecil yang meremehkan, nyinyir, merendahkan, dan lain sebagainya itu ada," ujarnya.

Cholil pun menyebut tindakan yang dilakukan para buzzer dapat diibaratkan sebagai tindakan memakan daging saudara sendiri.

"Menurut saya, kalau umpamanya orang digerakkan untuk jadi buzzer, untuk menyerang orang yang niat baik, apalagi ulama, menurut saya inilah yang disebut dengan memakan daging saudaranya," ucap Cholil.

"Ia makan dari hasil orang lain dibunuh, yaitu mengambil dagingn saudaranya," katanya.

Ia pun mengimbau pada semua pihak agar berhati-hati dan bijaksana dalam menyampaikan pendapat di media sosial.

Menurutnya ada tiga kriteria yang wajib diperhatikan dalam mengunggah konten di media sosial yaitu benar, baik, dan maslahat atau mendatangkan kebaikan pada orang lain.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x