Ancam Lengserkan Jokowi, Refly Harun Sebut Budayawan Cak Nun Galau, Gelisah dan Marah

- 17 Februari 2021, 16:19 WIB
Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun.
Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun. /YouTube Refly Harun



GALAMEDIA - Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun menilai pernyataan Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun pada 2018 dengan mengancam melengserkan presiden jika Indonesia sudah berada dalam situasi yang darurat, mengandung kritik yang dilandasi kekecewaan.

"Saya pahami, sebagai intelektual, sebagai budayawan, Cak Nun sepertinya menyimpan sebuah kegalauan, sebuah kegelisahan, mungkin juga kemarahan terhadap pemerintahan sekarang ini," kata Refly dalam tayangan video YouTube pada kanal Refly Harun, dikutip Rabu 17 Februari 2021.

"Mungkin, dia tidak puas dengan sistem atas pemerintahan yang sedang berjalan," ujarnya.

Pada sebuah rekaman video di kanal Youtube Naila Al Hasna yang diunggah pada 15 Januari 2018, Cak Nun mengaku bakal menurunkan presiden yang berkuasa jika keadaan sudah darurat.

Baca Juga: Ashanty Terbaring Lemah Dipasangi Alat Bantu Pernapasan, Azriel: Semangat Bundaku

Pada awalnya, Cak Nun menjelaskan dirinya mencintai Indonesia. Namun, saat itu, Cak Nun menganalogikan hubungan cinta yang pasang surut, bak seseorang yang sedang 'ngambek' dengan pasangannya.

"Sebenarnya saya mulai tahun '98 ngambek berat, sakit hati luar biasa, tapi aku tetap cinta," kata Cak Nun dalam rekaman video tersebut.

Budayawan tersebut kemudian mengaku dirinya termasuk orang yang ikut menurunkan Presiden Soeharto pada tahun 1998.

Baca Juga: UU ITE Jerat 141 Tersangka pada 2020, Presiden Jokowi Didesak Untuk Segera Membebaskannya

Bukan tidak mungkin dirinya bakal kembali melakukan hal tersebut jika Indonesia dalam keadaan darurat.

"Saya ingin melakukan itu lagi pada suatu hari. Kalau sudah darurat saya akan turunkan (presiden) lagi," ujar Cak Nun.

Saat 1998 lalu, Cak Nun mengaku kecewa dengan gerakan reformasi yang pada akhirnya menurunkan Soeharto saat itu. Ia mengatakan Indonesia malah lebih rusak justru setelah memasuki era reformasi.

"Saya tidak berpolitik, tidak cari jabatan juga, tapi saya serius nurunin Soeharto. Ternyata bukan reformasi yang terjadi. Sekarang lebih rusak dari jaman Pak Harto. Kalau mau ngomong terus terang," kata dia.

Baca Juga: Buzzer Sebut Kemiskinan Aceh sebagai Prestasi, Komisaris Ancol Jelaskan Soal Emas di Puncak Tugu Monas

"Sama NKRI hari ini saya enggak setuju, presidennya enggak setuju, sistemnya enggak setuju. Aslinya lho ini, but I love you," tambahnya.

Cak Pun pun mengungkapkan bahwa dirinya membuat sejumlah teori atau gambaran ideal untuk memajukan sebuah negara.

Namun, ia lebih memilih diam dan tidak mengusung gagasan tersebut.

"Saya punya teori macam-macam, banyak sekali. Tapi karena Indonesia enggak butuh saya, ya saya diam saja. But I love you, dari jauh aku tetap mencintaimu," ungkapnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x