Buntut Perampasan Partai Demokrat, Puluhan Ribu Netizen Sepakat Rakyat Harus Bergerak Selamatkan Demokrasi

- 9 Maret 2021, 20:16 WIB
Ilustrasi Demokrasi
Ilustrasi Demokrasi /


GALAMEDIA - Netizen tanah air gerah menyaksikan kesewenang-wenangan perampasan kepemimpinan Partai Demokrat yang dilakukan oleh pejabat negara dan pembiaran yang dilakukan pihak-pihak yang berwenang.

Kekesalan itu diekspresikan dalam polling Twitter yang dilakukan akun @info_jakarta, Senin, 8 Maret 2021.

Deputi Strategi dan Kebijakan Balitbang DPP Partai Demokrat Yan Harahap mengungkapkan polling tersebut diikuti oleh hampir 60 ribu netizen.

Politisi Partai Demokrat, Yan Harahap.
Politisi Partai Demokrat, Yan Harahap. Instagram @yanharahap


"Hasilnya, 85 persen netizen setuju rakyat bergerak selamatkan demokrasi," kata Yan kepada wartawan, Selasa, 9 Maret 2021.

Yan melihat masyarakat sudah mulai jengah dengan pembiaran atas kesewenang-wenangan ini, meskipun Presiden Jokowi menegur Kepala KSP Moeldoko atas ulahnya mencampuri urusan internal Partai Demokrat.

Baca Juga: Fahri Hamzah Apresiasi Pertemuan Jokowi dengan Amien Rais, Mustofa Nahrawardaya Malah Usul Begini

"Entah teguran Presiden dianggap angin lalu, atau ada tendensi pembiaran, gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat berjalan terus," gugat Yan.

"Ini memuncak pada tanggal 5 Maret, saat sekelompok mantan kader yang dipecat nekat menyelenggarakan Kongres Luar Biasa yang ilegal di Deli Serdang, Sumatera Utara."

"Mudah ditebak, Moeldoko dijadikan Ketua Umum meski tidak hadir saat penunjukkan," lanjut dia.

KLB ini diwarnai kericuhan gara-gara ratusan orang tak dikenal tiba-tiba menyerbu serta memukuli para kader Partai Demokrat yang memprotes penyelenggaraan KLB ilegal.

Baca Juga: Tim Hukum Partai Demokrat Versi KLB Sudah Mendaftarkan Hasil KLB ke Kemenkumham

Moeldoko baru datang pada malam harinya, mengenakan jaket Demokrat meski tak punya KTA Demokrat.

Yan juga mengungkapkan dalam jajak pendapat lain yang juga diselenggarakan akun @info_jakarta, 87 persen dari hampir 60 ribu netizen yang memberi suara, berpendapat tidak setuju persoalan pencaplokan kepemimpinan ini merupakan masalah internal Demokrat.

Ketika ditanya apakah mereka yakin pemerintah akan bersikap adil, 86 persen netizen tidak percaya bahwa pemerintah bisa adil dalam hal ini, apalagi mengingat Demokrat tidak berada dalam koalisi pemerintahan.

Baca Juga: Usai Ibunda Felicia, Kini Giliran Ibunda Nadya Arifta Akui Putrinya Segera Dilamar Kaesang Pangarep

Yan mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng aspirasi kegelisahan publik ini.

"Jangan-jangan situasinya seperti api dalam sekam. Di permukaan seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tapi di bawah permukaan ada gejolak yang membara," kata Yan.

Yan juga mengingatkan baru pada September lalu ribuan masyarakat, termasuk anak-anak muda, turun ke jalan di Jakarta, Jogja, Makassar dan kota-kota lain memprotes RUU Ciptaker, yang lalu ditandai oleh Fraksi Partai Demokrat yang walkout sebagai protes.

Baca Juga: Rumah DP 0 Persen Anies Tak Penuhi Target, Ferdinand: Artinya Anies Tidak Kerja, Ngurusin Trotoar Terus

Ini tercatat sebagai unjuk rasa terbesar sejak era reformasi. Tahun 2019, revisi RUU KPK juga mengundang ribuan orang turun ke jalan di berbagai kota.

Pihaknya berharap pemerintah bisa bersikap adil dan rasional dalam memutuskan kasus KLB ilegal yang merupakan perampasan parpol yang sah.

"Pemerintah harus menolak hasil KLB ilegal ini untuk menjaga kepastian hukum dan kestabilan politik keamanan."

"Lebih baik kita mengkonsentrasikan energi dan waktu bangsa untuk mengatasi krisis berganda kesehatan dan ekonomi yang sedang kita alami. Jangan sampai rakyat terdorong untuk turun ke jalan lagi ketika saluran-saluran aspirasi mereka macet," tutup Yan.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x