GALAMEDIA - Pandemi Covid-19 telah memberikan tekanan berat terhadap perekonomian global, baik nasional maupun Jawa Barat. Dimana akibat pandemi tersebut, sejak triwulan II-2020, pertumbuhan ekonomi Jawa Barat terkontraksi.
Walau demikian, sejalan dengan implementasi kebijakan yang bersifat dynamic balancing yaitu dengan tetap menjaga keberlangsungan aktivitas ekonomi tanpa mengabaikan protokol kesehatan, pada triwulan II-2021 perekonomian Jawa Barat mampu mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,13 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Barat, Herawanto mengatakan, pada triwulan III-2021 ini, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan tetap tumbuh positif, meskipun melambat.
Adanya perlambatan aktivitas ekonomi seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 gelombang kedua secara nasional termasuk di Jawa Barat terutama pada Juli-Agustus 2021, yang diikuti dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (PPKMD), telah berdampak pada menurunnya mobilitas masyarakat dan aktivitas usaha.
"Berkaca pada penanganan pandemi Covid di tahap pertama, sangat penting untuk terus menjaga bergeraknya aktivitas ekonomi dan terkendalinya risiko kesehatan melalui berbagai kebijakan yang bersifat dynamic balancing," ungkapnya pada West Java Industrial Meeting (WJIM) 2021 di Hotel Savoy Homan, Jln. Asia Afrika, Kota Bandung, Kamis, 30 September 2021.
Kendati demikian, menurutnya sikap optimisme juga perlu dibangun agar dapat mendorong keyakinan masyarakat untuk melakukan konsumsi, mendorong pelaku usaha merealisasikan investasi, meningkatkan permintaan kredit sekaligus mengurangi tingkat undisbursed loan pada perbankan.
Sementara itu, dari sisi supply diperlukan upaya berkesinambungan dan komprehensif untuk terus mendorong kinerja sektor ekonomi unggulan.
"WJIM merupakan forum sinergi pemerintah, akademisi, pelaku industri dan lain sebagainya, sekaligus wadah perumusan berbagai kebijakan strategis yang dapat diimplementasikan untuk mendukung percepatan transformasi industri pengolahan, baik skala kecil, menengah maupun besar dalam memasuki industri 4.0," tuturnya.