GALAMEDIA - Aktris papan atas Hollywood Angelina Jolie mengunjungi Yaman yang dilanda perang untuk menunjukkan solidaritas bagi rakyatnya yang paling terdampak.
Ia berharap kedatangannya dapat ikut memobilisasi dukungan untuk konferensi penggalangan dana pada 16 Maret mendatang.
Aksi Jolie ini sekaligus menjadi tamparan keras di tengah invasi Ukraina yang memicu gelombang simpati internasional bagi rakyatnya yang menjadi korban agresi Rusia.
Mantan Brad Pitt itu mengingatkan komunitas global bahwa saat ini, selain di Ukraina masih banyak pengungsi dan warga sipil yang juga menjadi korban peperangan, salah satu yang terburuk adalah warga Yaman.
Dalam postingan Insta Story miliknya, Jolie membandingkan antara situasi di Yaman dengan apa yang saat ini berkecamuk di Ukraina.
"Minggu ini satu juta orang terpaksa melarikan diri dari perang yang mengerikan di Ukraina," tulisnya.
Baca Juga: BPJS Ketenagakerjaan Tanggung Ojol Korban Tabrak Lari Hingga Rp1,2 miliar
Jolie melanjutkan, “Jika kita belajar dari situasi yang mengejutkan ini, kita tidak bisa selektif terkait siapa yang layak mendapat dukungan dan hak siapa yang kita bela.”
“Nyawa korban konflik sipil di mana pun memiliki nilai yang sama. Setelah tujuh tahun perang, rakyat Yaman juga membutuhkan perlindungan, dukungan, dan yang terpenting, perdamaian.”
Jolie mengungkap situasi korban perang di Yaman memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan satu warga sipil tewas atau terluka setiap jam."
"Ekonomi yang hancur akibat perang, dan lebih dari 20 juta orang Yaman bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup," tambahnya.
Baca Juga: Luhut Binsar Panjaitan Ajak Masyarakat Bayar Pajak: Kalau Tidak, Nanti Alam Marah
Jolie (46) yang merupakan utusan khusus United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), mendarat di kota pesisir selatan Aden untuk bertemu pengungsi di sana akhir Minggu.
Aden merupakan pusat pemerintahan Yaman yang diakui secara internasional.
Badan pengungsi PBB menyatakan kunjungan Jolie diharapkan dapat menarik perhatian global akan meningkatnya kebutuhan kemanusiaan di Yaman, negara termiskin di Dunia Arab, menjelang Konferensi Tingkat Tinggi tahunan untuk Yaman pada 16 Maret.
"Saya telah mendarat di Aden, bertemu keluarga terlantar dan pengungsi bersama UNHCR dan menunjukkan dukungan untuk orang-orang Yaman," kata pemenang Academy Award itu dalam sebuah postingan di akun Instagram-nya yang memiliki 12,4 juta pengikut.
"Saat kita terus menyaksikan kengerian yang terjadi di Ukraina, dan menyerukan diakhirinya segera konflik dan akses kemanusiaan. Saya di sini di Yaman untuk mendukung orang-orang yang juga sangat membutuhkan perdamaian.”
Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Angkat Bicara Soal Daftar Penceramah Radikal: Kalau Bersalah Pastikan Hukumannya
Yaman dilanda perang saudara sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran menguasai ibu kota, Sanaa dan sebagian besar wilayah utara hingga memaksa pasukan pemerintah melarikan diri ke selatan dan Arab Saudi.
Koalisi yang dipimpin Saudi, yang pada saat itu didukung Amerika Serikat, memasuki perang pada tahun 2015 untuk mencoba mengembalikan pemerintah Yaman ke tampuk kekuasaan.
Baca Juga: Refly Harun Sebut Negara Lebih Takut ke Radikal Ketimbang Korupsi, Teddy Gusnaidi: Ngawur
Kini konflik Yaman telah menjadi perang proksi regional yang menewaskan lebih dari 150.000 orang, termasuk 14.500 warga sipil.
Menurut data dari Proyek Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata 2022, perang Yaman menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Menurut badan pengungsi PBB, sekitar 66 persen dari 30 juta orang Yaman bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk kelangsungan hidup mereka sehari-hari.
Termasuk di antaranya lebih dari 4,2 juta orang terlantar serta 102.000 pengungsi dan pencari suaka.
Kepala Program Pangan Dunia, David Beasley, mengatakan sekitar 13 juta orang terancam kelaparan di Yaman akibat konflik yang berkepanjangan dan minimnya dana bantuan.
Kantor kemanusiaan PBB melaporkan bahwa rencana kemanusiaan 2021 untuk Yaman menerima $2,27 miliar dari kebutuhan $3,85 miliar, sekaligus menjadi pendanaan terendah sejak 2015.
Sementara itu, serangan Rusia di Ukraina berlanjut pada minggu kedua setelah pasukan Putin memulai invasi besar-besaran pada 24 Februari dalam konflik darat besar pertama di Eropa dalam beberapa dekade terakhir.***