Ledakan di Beirut Dicurigai Berasal dari Bom atau Rudal

- 8 Agustus 2020, 11:21 WIB
Sejumlah gedung di Beirut, Lebanon mengalami kerusakan usai dilanda ledakan besar yang terjadi pada Selasa 4 Agustus 2020.
Sejumlah gedung di Beirut, Lebanon mengalami kerusakan usai dilanda ledakan besar yang terjadi pada Selasa 4 Agustus 2020. /New York Times

GALAMEDIA - Pemerintah Lebanon hingga hari ini masih disibukkan oleh penanganan pasca peristiwa ledakan besar di Beirut, pada Selasa, 4 Agustus 2020. Penyebab ledakan yang mirip dengan peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki itu masih dicari.

Meski begitu, Presiden Lebanon Michel Aoun mulai menduga-duga penyebab lain. Ia menyatakan, ledakan terbesar dalam sejarah Beirut itu bisa saja disebabkan oleh bom, rudal atau gangguan eksternal lainnya.

"Penyebabnya belum ditentukan. Ada kemungkinan gangguan eksternal melalui rudal atau bom atau tindakan lain," kata Presiden Aoun kepada media setempat yang dilansir The Jerusalem Post.

Baca Juga: Update Kecelakaan Pesawat Air India Express, Korban Tewas Mencapai 17 Orang

Meski begitu, Aoun tidak memungkiri bahwa insiden mengerikan yang menewaskan 154 orang ini kemungkinan juga karena faktor kelalaian. Seperti diketahui, ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut ini menghancurkan sebagian besar wilayah Ibu Kota Lebanon itu.

Lebih dari 5.000 orang lainnya terluka dan ratusan orang meninggal dunia. Tim penyelamat hingga hari ini, Sabtu, 8 Agustus 2020 masih membongkar puing-puing untuk menemukan siapa pun yang masih hidup setelah ledakan terjadi.

Lebih lanjut Aoun sebelumnya mengatakan, bahan peledak yang disimpan dengan tidak aman selama bertahun-tahun di pelabuhan juga menjadi objek penyelidikan terkait kemungkinan sebagai penyebabnya.

Baca Juga: Sinopsis Film First Blood yang Tayang Nanti Malam Pukul 21.00 WIB di GTV

Bahan peledak itu, seperti diungkapkan otoritas keamanan Lebanon adalah 2.750 ton amonium nitrat. Penyelidikan juga akan mempertimbangkan apakah ledakan itu terjadi karena kelalaian atau kecelakaan.

Berdasarkan informasi, sejauh ini sudah ada 20 orang yang ditahan karena peristiwa itu. Seorang sumber mengatakan penyelidikan awal menyalahkan kelalaian sebagai faktor tragedi ledakan di Beirut.

Dikutip dari wartaekonomi.co.id, Amerika Serikat mengatakan tidak mengesampingkan bahwa tragedi di Beirut akibat serangan. Sedangkan Israel, yang telah berperang beberapa kali dengan Lebanon, telah membantah peran apa pun.

Baca Juga: Buaya di Lembang Park and Zoo Gigit Kaki Panji Petualang

Bahkan Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan penyebab tragedi itu tidak jelas. Namun ia membandingkan ledakan itu dengan pemboman tahun 2005 yang menewaskan mantan Perdana Menteri Rafik al-Hariri.

Sementara itu, Pemimpin kelompok Hizbullah Lebanon, Sayyid Hassan Nasrallah, membantah laporan bahwa kelompoknya memiliki senjata yang disimpan di pelabuhan.

Baca Juga: 16 Jam Jalani Pemeriksaan, Pengacara Djoko Tjandra, Anita Kolopaking Dijebloskan ke Rutan Bareskrim

Dia menyerukan penyelidikan yang adil dan akuntabilitas yang ketat untuk siapa pun yang bertanggung jawab tanpa perlindungan politik.

"Kalaupun ada pesawat menghantam, atau memang disengaja, ternyata (amonium) nitrat ini sudah bertahun-tahun ada di pelabuhan dengan cara seperti ini, artinya sebagian kasus itu mutlak kelalaian dan korupsi," tegasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x